Senin, 24 September 2018

Mengaji Semangat Nasionalisme Mbah Maimun Zubair







PP Al Anwar 11 Muharam 1440
21 September 2018


Guyon Bareng Mbah Mun, demikian kami  (Syeh Turmunddhi, Kyai Adib, Kyai Sujud, Gus Muslimin dan Kang Didin) menyebut pertemuan kami yang perdana secara fisik dengan tokoh kyai kharismatik Mbah Maimun Zubair. Jumat Wage 11 Muharom 1440 Hijriah, bertepatan dengan 21 September 2018.


Sejak dinihari kami sudah sampai di Masjid Besar di Kawasan Sarang Rembang. Rombongan bertemu dengan santri lain yang juga sama-sama hendak sowan Mbah Maimun Zubair.
Dini hari kami  manfaatkan waktu untuk sholat sunah tahajud dan sholat hajat, sambal berdoa menyampaikan hajat dan menggantungkan harapan kepada Allah SWT. Usai sholat kami thenguk-thenguk  di halaman masjid, menikmati jajan yang kami beli di jalan tadi.

selang beberapa saat ,Sebelum subuh, kami sarapan di warung makan seberang masjid. mobil kami parker di halaman masjid. usai makan kami sholat subuh berjamaah dilanjutkan yasin dan tahlil lengkap.

Hamper jam 06.00 pagi saat selesai jamaah subuh, kami pun bersiap ke PP Al Anwar Karangmangu Sarang Rembang.  Setelah mobil kami parkir, kami menunggu untuk masuk ke “nDalem” beberapa saat menunggu kami melihat Mbah Maimun usai memimpin sholat subuh berjamaah dan pengajian subuh.

Kami bersabar . Abdi dalem meminta kami masuk, maka Pak Sujud sebagai Alumni PP Al Anwar, santri Mbah Maimun, memimpin rombongan dari Kendal.  Kyai Sujud, Syeh Turmundhi dan Gus Muslimin masuk dan bersalaman dengan Mbah Maimun.

Sementara saya dan Kyai Adib masih menunggu di luar. Panitia menyiapkan kursi portable, kami duduk di kursi. menerima Teh  Botol dan Kurma. selang beberapa saat kami ke kamar kecil untuk pipis dan ambil wudhu.

begitu selesai kami melihat ke dalam, Alhamdulillah bertiga sudah dapet tempat, kami menyesuikan untuk masuk. Kyai Adib di depan, sementara saya dibelakangnhya.
Alhamdulillah, beberapa harapan dan mimpi saya ketika bertemu dan kontak fisik langsung dengan Mbah Maimun Zubair  terkabulkan.

mengingat tamu begitu banyak, maka kami pun memperluas kesabaran. Alhamdulillah , berkah kesabaran kami tidak kebagian tempat duduk. namun kami bisa sangat dekat denan Mbah Maimun Zubair karena kami duduk di samping kursi beliau. meskipun di lantai namun kami bisa sangat dekat dengan beliau. Alhamdulillah.

berada disamping Mbah Maimun adalah Syeh Turmundhi dan Kyai Sujud, dibelakangnya adalah Gus Muslimin dan Kyai Adib, sementara saya dipojok tersendiri dekat dengan tumpukan kitab dan tempat Mbah Maimun Zubair menyimpan tongkat.

kami bisa mendengan dan menyimak dengan baik apa yang beliau sampaikan kepada jamaah. saya merekam dengan handphone. meskipun hasilnya kurang maksimal.

Semangat  Nasionalisme dan Agama.

Semangat dan jiwa nasionalisme yang tertanam pada sosok KH. Maimun Zubair sudah tidak diragukan lagi. Tidak hanya kiprahnya, di dalam berbagai kesempatan, sebagai  Kiai Kharismatik Mbah Maimun selalu mengingatkan tentang pentingnya menanamkan semangat nasionalisme dan cinta NKRI. Bahkan tak jarang ia mencontohkannya dengan bentuk sikap nyata yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari.

Hari ini kami menyimak langsung pada jarak dekat nasihat-nasihat beliau tentang Nandhatul Ulama, Tentang Perjuangan bangsa, tentang NKRI, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Usia beliau yang hampir mendekati 93 tahun sama sekali tidak melunturkan kecintaannya kepada Indonesia.

Begitulah nasionalisme beliau. Ulama panutan ini telah mengajarkan kepada kita tentang cara mencintai dan memelihara kedamaian tanah air Indonesia. Ini berbanding terbalik dengan sebagian orang dari kelompok tertentu yang baru saja dinyatakan  sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Tokoh-tokoh mereka tiba-tiba mengharamkan hormat kepada sang merah-putih dan berdiri saat lagu kebangsaan dinyanyikan; menyebut nasionalisme tidak ada dalilnya;  ingin mengganti ideologi pancasila dengan aneka pembenaran dalil yang mereka bawa; lalu menyebut diri mereka sangat cinta agama namun tak pernah mau menghargai sang saka, pancasila, & Bhinneka Tunggal Ika;
dan yang terpenting adalah falsafah Pancasila yang mengejawantahkan nilai-nilai agama Islam, bagaimana lambang Burung Garuda Pancasila dijabarkan dalam penanaman nilai-nilai luhur agama islam, termasuk syarat sah sholat dan ibadah kepada Allah SWT.

Mbah Maimun adalah?
Simbah Kyai Haji Maimun Zubair lahir pada hari Kamis, 28 Oktober 1928. Beliau adalah putra pertama dari Kyai Zubair. Ibundanya adalah putri dari Kyai Ahmad bin Syu’aib, ulama kharismatis yang dikenal teguh memegang pendirian.

Sebelum menginjak remaja, beliau diasuh langsung oleh ayahnya untuk menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain. Ayahanda beliau, Kyai Zubair, adalah murid Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.

Sekitar tahun 45, beliau memulai pendidikannya di Pondok Lirboyo Kediri, dibawah bimbingan KH. Abdul Karim yang biasa dikenal sebagai Mbah Manaf. Selain kepada Mbah Manaf, Beliau juga menimba ilmu agama dari KH. Mahrus Ali juga KH. Marzuqi.

 Sekali lagi kami begitu dekat jaraknya dengan Mbah Maimun Zubair saat beliau menerangkan tentang lambang Burung Garuda dan rahasia angka tanggal kemerdekaan Republik Indonesia.
KH. Maimun Zubair, Mengungkap rahasia kebesaran Allah dibalik tanggal, bulan dan Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, 17-8-45.  Menurut Mbah Maimun angka tersebut menunjukkan keiatimewaan Indonesia hingga Allah memperingatkan kemerdekaan Indonesia dengan angka 17, 8, dan 45.
Mustasyar PBNU itu menegaskan, bangsa Indonesia adalah benar-benar bangsa yang terpilih.  Tidak ada di permukaan bumi orang Islam terbanyak seperti Indonesia. 90 % rakyat Indonesia beragama Islam.
Menurut Mbah Maimun, rangkaian angka 17, 8, dan 45 adalah angka sholat yang menjadi salah satu kewajiban Umat Islam. “Ini angka sembahyang, sembahyang angka yang harus diketahui yaitu tujuh belas, delapan, dan empat lima. Kalau tidak tahu ini tidak sah shalatnya,” terangnya. bahkan tidak akan masuk sorga.

Ia juga mengatakan, bahwa dalam lambang garuda pancasila terdapat dua sayap dengan jumlah bulu 17 di kanan, dan 17 disebelah kiri. Ia menjelaskan lambang angka 17 ini merupakan jumlah rukunnya shalat. Rukun tersebut adalah (1) niat (2) takbiratul ihram (3) berdiri (4) membaca al-fatihah (5) rukuk (6) thumakninah dalam rukuk (7) iktidal (berdiri bangun dari rukuk) (8) thumakninah dalam iktidal (9) sujud dua kali (10) thumakninah dalam sujud (11) duduk diantara dua sujud (12) thunakninah dalam duduk diantara dua sujud (13) membaca tasyahud akhir (14) duduk (ketika membaca) tasyahud akhir (15) membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam duduk tasyahud akhir (16) (membaca) salam (17) tertib (mengerjakan secara berurutan).

Tujuh belas yang kedua, lanjut Mbah Moen, merupakan jumlah rakaat shalat sehari-semalam. Yakni Mahgrib tiga rakaat, Isya empat rakaat, Subuh dua rakaat, Dzuhur empat rakaat, dan Ashar empat rakaat.

Sedangkan angka delapan menjelaskan sebagai tolaknya neraka dan sebabnya masuk surga. Mbah Maimun menjelaskan tentang tujuh penolak neraka yang ada dalam anggota sujud  meliputi: jidat, kedua tangan, kedua lutut, dan kedua kaki.

“Tujuh ini sebagai penolak neraka, karena pintu neraka ada tujuh,” ujarnya.
“Ditambah satu lagi, jika kita ingin masuk surga harus ingat sama Allah. Jadi jumlahnya genap delapan, karena delapan ini merupakan jumlah pintu surga,”  jelas Mbah Maimun,
Kyai Adib, Kyai Sujud, Syeh Turmundhi , Gus muslimin dan semua jamaah tampak menyerap apa yang beliau wasiatkan kepada tamunya pagi ini.
Terakhir ia menjelaskan tentang angka empat lima, bahwa setiap orang Islam harus membaca syahadat empat kali, dan lima kali. Malam empat kali, Maghrib dan Isya. Sedangkan siang hari lima kali, Subuh, Dzuhur, dan Ashar. “Jadi ini menunjukkan bahwa negara Islam itu tidak ada, yang ada adalah negara mayoritas Islam, yakni Indonesia,”
beberapa hal lain yang beliau sampaikan tentang tokoh nasional, dan  NKRI
Panitia membagikan sarapan pagi kepada hadirin. kemudian kami sarapan berjamaah. bersama mbah Maimun Zubair.

Menyanyi Bersama Mbah Maimun

Yang pasti akan diingat oleh rombongan Kendal, utamanya Kyai Adib dan Syeh Turmundhi adalah saat Mbah Maimun mengajak kami  menyanyi lagu nasional.
Satu Nusa Satu Bangsa
Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa kita

Tanah air
Pasti jaya
Untuk Selama-lamanya

Indonesia pusaka
Indonesia tercinta
Nusa bangsa
Dan Bahasa
Kita bela bersama

diantara jamaah banyak yang menahan diri atau mungkin karena tidak hafal. kebetulan saya agak hafal meskipun agak lupa juga. Mbah maimun Zubair memandang ke saya dan Alhamdulillah kami bisa menyanyi lagu satu nusa satu bangsa sampai selesai.
karena sering lupa dan terhenti, jamaah dari Pasuruan sampai menendang-nendang kaki saya sebagai isyarat untuk meneruskan lagu satu nusa satu bangsa. heheheh…maaf.
Alhamdulillah, Terimakasih Mbah Maimun.

Mohon doa dan restu

Selesai sarapan Mbah Maimun Zubair memimpin doa. kami semua mengaminni. setelah itu satu persatu jamaah berpamitan. ada yang dari Surabaya, Cirebon, pasuruan, Kendal , Pemalang dan daerah lain.

Syeh Turmundhi mengungkapkan ketakdziman kepada Mbah Maimun seraya mohon doa sambal salaman, pun Kyai Sujud dan Kemudian disusul Kyai Adib Suparman , bersama saya dan Gus Muslimin, memoho doa dengan perantaraan air mineral yang sengaja kami bawa.

setelah itu baru kemudian secara khusus saya menyampaikan permohonan restu dan minta barokah doa surah Alfatehah dan sholawat nabi kepada Mbah Maimun.  Sembari mbah Maimun membacakan doa di kepala saya dan telinga saya serta mengusap rambut dan meniup ubun-ubun kepala saya. Alhamdulillah. semoga menjadi wasilah jalan kebaikan bagi kami, khususnya diri saya untuk kepindahan kerja di KPU Kabupaten Kendal  dan keluarga.  Amiin

Oh iya …sampai saat ini saya masih mencoba mengingat-ingat penuturan mbah Maimun Zubair tentang “Purwakaning Waseso”
Semoga Kyai Adib Suparman bisa menjelaskannya kepada saya…dan kita…suatu saat.
kapan saja….. kita nantikan lho kyai Adib.

Salam Takdzim


Kang Didin
Selasa 24 September 2018

1 komentar: