SUJUD PANAS SHOLAT JUMAT
Semarang 10 September 2021
Jumat Wage
Lahire Anake Kyai Sapak nomer loro
Siang yang sangat panas, saat sholat jumat harus segera
dilaksanakan. Beberapa orang tampak terburu-buru, namun ada juga yang tampak
santai karena diantaranya sudah menghitung waktu perjalanan sampai ke masjid.
Aku jelas sudah menghitung dengan cermat waktu yang sudah
mepet. Mengingat beberapa kegiatan yang harus aku ikuti jumat pagi sampai
siang. Aku sempatkan untuk istirahat dan makan siang sebelum berangkat sholat
jumat. Jangan sampai kehilangan menyimak materi khutbah jumat di masjid Baitussalam.
Eh bener yaa… masjid baitussalam atau masjid Darussalam. Itu lho masjid di
dekat kampus udinus. Lurus dengan kantor kelurahan Pendrikan Kidul. Kantor kelurahan
yang nylempit diantara kampus megah Universitas Dian Nuswantoro.
Wudhu sudah aku ambil dari kantor sehingga sampai disana
sudah punya wudhu yang masih aktif. Benar saja begitu motor plat merah aku
parkir dan ku matikan mesinnya, khutbah pertama sudah hamper usai.
“Menjadi hamba yang mulia dan di muliakan oleh Allah SWT”
kemudian terdegar sholawat tanda khotib istirahat diantara dua khutbah. Aku berdoa
secukupnya dan seperlunya mengingat waktu mustajab ini sangat singkat tidak ada
satu menit.
Setelah itu aku mencari kotak amal. Untuk sekedar memasukkan
uang infaq. Pribadi maupun titipan dari teman perempuan di kantor yang titip
uang infaq.
Ya setiap jumat selagi ingat saya akan mendatangi karyawti
di kantor saya tawarkan barangkali mau nitip infaq untuk aku masukan di kotak
amal masjid. Alhamdulillah ada titipan infaq sekitar 45 000 yang harus aku
masukan kotak amal.
Khutbah kedua sudah sampai pada doa. Saya bergegas masuk,
meringsek diantara jamaah yang sudah meluber sampai halaman masjid. Alhamdulillah
tepat bilal mengumandangkan iqamah, saya sudah memasukkan infaq titipan kedalam
kotak amal utama di masjid.
Selanjutnya aku cari tempat untuk berdiri sholat jumat. Sudah
penuh dengan aturan jaga jarak musim PPKM. Alhamdulillah ada jamaah yang
tampaknya paham, memberikan seikit spasi agar aku bisa berdiri dan tetap ada
jaga jarak meskipun tidak sampai jarak ideal. Tapi sudah bagus lah.
Dibelakang aku mendengar jamaah masih sibuk mencari tempat,
bahkan ada yang masih berwudhu. Padahal imam sholat sudah membaca surah
Wadhuha. Rokaat pertama. Aku mendengar
suara koran yang aku bawa diambil oleh seseorang. Alhamdulillah ada manfaatnya
membawa koran bekas.
Tadinya aku akan menggelar koran sebagai sajadah untuk sholat
jumat dihalaman depan masjid. Namun karena tangungjawab untuk memasukan uang ke
kotak amal, aku bisa sholat di dalam masjid.
Rokaat pertama berlalu aman, rokaat kedua usai fatehah imam
membaca surah attin, wattini wazaituun, waturisininn…..
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa
mayoritas ulama sepakat bahwa surah ini turun di Makkah sebelum Nabi berhijrah
ke Madinah. Tema utamanya adalah uraian tentang manusia dan keniscayaan adanya
pembalasan dan ganjaran yang akan mereka terima di Hari Kiamat nanti.
Terdapat keterangan dalam hadis bahwa ketika kita sampai
pada akhir surah at-Tin itu disunahkan membaca kalimat berikut, baik dalam
keadaan shalat ataupun di luar shalat.
بلى وأنا على ذلك من الشاهدين
Balā wa ana ‘alā dzālika minas syahidin artine Iya, benar. Saya menyaksikan bahwa Engkau
(Allah) itu Zat yang paling bijaksana.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang mendengar Rasulullah
saw. bersabda, “Siapa yang membaca surah wat tini waz zaitun, dan sampai ayat
alaisallahu bi ahkamil hakimin, bacalaha bala wa ana ‘ala dzalika minas
syahidin” (HR Abu Daud dan al-Tirmidzi).
Maka sesuai itu saya membaca Balā wa ana ‘alā dzālika minas
syahidin. Karena sudah pernah mengaji
hadist diatas maka saya mencoba mengamalkannya.
Eh… pertama-tama saat saya masih belum paham kenapa ketika
sholat jamaah imam membaca surah At Tiin ko para kyai ku dengar membaca
sesuatu. Persaksian. Maka saya menanyakan kepada guru saya. Bahwa disunahkan
saat mendegar ayat terakhir surah AtTiin membaca jawaban persaksian.
alaisallahu bi ahkamil hakimin. Maka makmum disunahkan membaca wa ana ‘ala
dzalika minas syahidin. Ya. Itu. Awalnya sih sering lupa namun karena sering dan
akhirnya terbiasa. Kadang timbul rasa dan terbesit dalam hari meh pamer kepada
jamaah yang lain. Ini lho say abaca ini. Namun pada akhirnya setelah tau
ilmunya toh bisa menyingkirkan dzon untuk pamer itu.
Begitu salam, saya membaca 3 kali surah fatehah dan doa. Lalu
segera beranjak keluar untuk kembali kekantor. Mengingat parkir kendaraan tadi
agak memakan tempat di tengah jalan. Kasian yang parkir terhalangi motorku
nanti menunggu lama. Jadi cuz langsung keluar.
Nah diantara gerbang masjid banyak jamaah yang masih berdoa,
banyak juga yang sudah berdiri mencari sandal. Alhamdulillah lancar menemukan
sandal.kudengar suara jamaah yang tadi tampaknya memakai koran yang aku bawa
untuk sajadah di halaman masjid.
“Jancuk… sujud … panase”
Aku tengok beberapa mahasiswa mengenakan kaos dan celana
jins berbincang tentang panasnya sujud mereka. Ya iyalah. Koran yang tebalnya
sepersekian mili meter menempel pada jalan aspal yang panas. Sujud jelas panas.
Lain kaloi bisa dating lebih awal agar bisa sholat didalam masjid. Yang pasti
terhindar dari panasnya matahari dan panas aspal.
Dan mungkin jumat depan ganti orang lain yang sujudnya pas
karena menempel pada koran diatas aspal yang panas sebagai sajadah. Hahahah…. Ming
persoalan gentian ko.
Salam Takdzim. Kyai Suwung
Semarang 10 September 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar