Selasa, 07 September 2021

Menghitung untung petani tembakau. Penjelasan Paling Jelas adalah ketidakjelasan.

 

Menghitung untung petani tembakau. Penjelasan Paling Jelas adalah ketidakjelasan.

cerita ini bukan hanya fiktif belaka, tapi kelihatanya ada.





Ngene lho nda….. urip nang ndeso kui dinamikane pancen nylekamin temenan. Gurih tanpa di masako. Sebab apa, di desa kabeh sedulur. Wondene ana sing kadang congkrah iku ya ming merga penyesuaian. Urip ben penak kadang kudu disesuaikan. Kayak nganten anayr nek pertama-tama mesthi banyak hal yang kudu dikomunikasikan satu sama lain agar sesuai, pas, bener pener atau bahasa cah kuliah kae sinergitas.

Nah salah satu penyesuaian yang pingin saya sesuaikan denga isi kepala dan kata yang mengalir dalam jari memencet huruf dalam tuts  keyboard adalah soal syariah jual beli. Bagaimana akhlak penjual, pembeli utamanya dalam proses jual beli, dol tinuku.


Nah beberapa waktu lalu, ada kasus yang sudah biasa terjadi. Dan sering terjadi dari sejak lama. Apa itu? Berubahnya kesepakatan antara pembeli tembakau dengan penjual.

Begini ceritanya…..

Mbako sudah diimbu dan sudah matang serta siap untuk dirajang nanti malam. Beberapa pembeli, mereka adalah pengepul rtembakau, sudah mensurvey barang atau tembakau yang masih berupa gulungan rowekan. Warna kuning kehijauan menandakan tembakau dalam keadaan sudah matang.

Bagi kalangan pengepul, apalagi mereka yang sudah terlatih. Dari warna sudah bias mengukur kualitas tembakau. Dari sinilah mereka memperkirakan harga tembakau yang pantas. Sehingga mereka bias menjual kepada pabrikan rokok sesuai standar mutu dan kualitas tembakau yang diinginkan oleh pabrikan.

Sebagai petani, pemilik tembakau menawarkan harga setinggi mungkin. Biasanya menyesuaikan dengan harga jual tetangga kanan kiri yang sama-sama panen. Terutama kualitas tembakau yang sama. Semisal ini tembakau samparan atau pertama kali memanen, atau tembakau kedua, ketiga, keempat atau pucukan.

Nah dari situlah pemilik tembakau bisa mendapatkan harga yang sama dengan petani tembakau lainnya. Misale gone lek Nah payu 37 maka irtu akan menjadi ukuran standar harga sekampung. Lha kae gone lek Nah iso 37, opo bedane ?

Menjadi penentu harga adalah standar kualitas tembakau. Setelah kering tembakau disimpan dengan cara dimasukan kedalam wadah keranjang yang disebut kenthung atau keranjang khusus tembakau. Rupa-nya adalah keranjang bambo yang kemudian diberi pelepah pohon pisang untuk membungkus tembakau.  Satu kenthung biasane berisi 60- 70 kg tembakau.

Pengepul tembakau akan mendatangi petani secepat mungkin begitu daun tembakau dipetik dan dibawa pulang. Semakin cepat terjadi deal harga, maka berarti mbako wes payu. Pembeli memberikan panjer atau tanda jadi. Biasanya pada kisaran 200-500 ribu. Sah tembakau nantinya tidak akan diberikan kepada pembeli lainnya meskipun menawar lebih tinggi. Uang panjer akan dikembalikan ketika pembeli datang dan menimbang tembakau kering dan membayar utuh sesuai harga kesepakatan per kilo dikalikan jumlah berat timbangan tembakau.

Nah sudah menjadi tradisi antara petani dan pembeli tembakau, bahwa berat timbangan tembakau, hitungannya akan dikurangi  5 kg jika beratnya dibawah 50 kg.  Jika beratnya diatas 50 Kg maka jumlahnya dikurangi 7 kg. 

Jelasnya begini kita ambil contoh hitungannya. Ada tembakau satu kenthung, berat timbangannya 49 kg maka, pembeli akan mencatat berat bersihnya 45 kg. Jika satunkenthung beratnya 72 kg, maka berat bersih tercatat adalah 65 kg. itu yang akan dibayar oleh pembeli. 45 kg kali harga deal perkilo.

Maka disinilah penjual akan memainkan strategi, bagaimana supaya mendapatkan timbangan yang sesuai agar tidak terlalu rugi oleh potongan berat. Biasane jika stau rigen tembakau kering akan menemukan berat bersih satu kg, maka kecermatan dan ketelitian petani dalam mawadahi tembakau juga menjadi keahlian yang harus dimiliki petani tembakau.

Potogan berat ini mengingat berat keranjang atau kenthung kosong, beserta dengan pring khusus untuk mengkait pelepah pohon pisang. Sebenarnya beratnya tidak lebih dari 5 kg namun pembeli sudah punya aturan yang kemudian disepakati dengan pembeli.

Oke. Biar tambah mbulet tulisan saya ini, saya tambahi lagi satu keterampila yang wajib dikuasai oleh penjual atau pembeli tembakau. Satu satu nggih saya catat…dari sisi penjual dulu. Sebagai petani tembakau harus bisa mensiasati bagaimana supaya tetap untung dengan potongan berat oleh pembeli. Dan juga perihal lain yang mempengaruhi kualitas dan harga. Jadi  warna, kadar air utawa ke ames-an mbako, besar kecil rajangan dan aroma atau ke apek-an mbako.

Warna, warna tembakau berkualitas biasanya adalah kuning kecoklatan, atau coklat kekuningan. Ya warna khas tembakau. Demi mendapatkan warna ini, maka petani biasanya menyemprotkan pewarna, yang didapat dari perisa durian. Warna kuning perisa durian ini yang banyak dipilih petani tembakau untuk mendapatkan warna sesui. Disemprotkan pada waktu tembakau yang sudah dirajang dijemur antara pertengahan siang. Sebelum dibalik.

Antara jam 10 – jam 11 siang jika penjemuran dilakukan sejak pagi. Ini dicampur dengan cairan gula pasir. Setelah warna, berat adalah hal penting yang wajib diperhatikan. Untuk mendapatkan berat tambahan petani menyemprotkan gula pasir yang sudah dilarutkan dalam air. Hitungannya begini satu kilogram gula pasir harganya 15.000, satu kilogram tembakau harganya 35.000. Jika kemudian gula 5 kg disemprotkan ke tembakau maka berat tembakau ada tambahan 5 kg dengan harga gula 15.000 menjadi 35 000 mengikuti harga tembakau. Wow…… lumayan untuk menutup pembelian kenthung atau keranjang tembakau.  Bisa dibayangkan nek kemudian 10 kg gula….itungen dewe.

Selebihnya adalah keterampilan pembeli atau pengepul tembakau. Pertama harus menguasai kemampuan mengukur kadar air atau tingkat ke ames-an mbako. Untuk menentukan harga yang pas. Kedua adalah kemampuan melihat besar kecilnya rajangan, sebenarnya kemampuan petani tembakau semua harus dikuasai oleh pembeli. Supaya mendapatkan keuntungan maksimal dan menyesuaikan dengan jurus penjual.

Selain itu kemampuan soal ngakali timbangan. Bagaimana timbangan yang digunakan adalah timbangan analog, bukan digital. Sebab timbangan analog lebih bisa diakali. Missal beratnya 59 kg bisa menyebut diangka 56 kan tidak kentara sudah dapet untung 3 kg. jika timbangan digital maka penjual dan pembeli bisa melihat jelas angka timbangannya. Wes to…..

Setelah kemampuan menimbang, selanjutnya adalah kemampuan berkomunikasi menurunkan harga kesepakatan. Misalnya kesepakatan harga 35 000n / kg, bagaimana berkomunikasi dengan petani supaya saat ditimbang harga dibayarkan hanya 32.000/kg. dengan alasan masuk akal, misalnya salah perhitungan, melihat kondisi tembakau yang bisa dicari alasannya.

Nah,….ini. biasanya disini petani akan dirugikan tanpa bisa berbuat apapun selain pasrah dan meng-iyakan. Eyel-eyelan pun terjadi. Dengan sedikit ancaman tidak jadi dibayar. Biasane petani mengiyakan. Mengingat uang sudah didepan mata. Maka selisih harga yang hanya 3 ribu per kilo dianggap biasa. Petani disini dirugikan dari kesepakatan awal. Berkurang 3 ribu kali berat bersih tembakau.

Asusekali. Kita coba berhitung berhitung keuntungan dan kerugian penjual dan pembeli pada jual beli tembakau. Antara petani dan pengepul.

Kita mulai dari menghitung keuntungan petani dengan segala caranya. Missal petani dapet harga kesepakatan 35.000. setelah ditimbang harga tidak berubah. Disemprot gula seberat 5 kg. setelah dipacking dengan kenthung ditimbang beratnya 70 kg. Kita hitung berat bersih sesuai ketantuan maka berat kotor dikurangi 7 kg menjadi 70 kg – 7 kg = 63 kg. Petani menerima uang 63 kg  X 35.000 jumlah 2.205.000,-. Keuntungan bersih setelah dikurangi Dikurangi harga keranjang kenthung  50.000 dan harga gula (5 X 15.000 = 75.000) total 2.205.000 – 125.000 = 2.080.000. Alhamdulillah.

Jumlah bersih milik petani adalah 2.080.000 dikurangi biaya ngerajang 2.000 X 70 kg = 140.000. biaya nganjang 1000 X 70 kg = 70.000. biaya jajan dan rokok 50.000. biaya angkut dari sawah ke rumah 150.000. biaya pemethikan 5 X 50.000  = 250.000. jajan buat pemethik 50.000. total pengeluaran 560.000. Uang bersih diterima adalah 2.080.000 – 560.000 =1.570.000,- sekali panen.

Dari sisi pembeli pengepul tembakau keuntungan dalam satu proses jual beli  70 kg tembakau.  Keuntungan pertama dari pengurangan berat kotor menjadi berat bersih diatas 50 kg maka 7 kg sudah menjadi milik pembeli artinya 7 kg X 35.000 = 245.000,-. Jika dalam menimbang bisa menyebut angka dibawah berat timbangan sebenarnya adalah 3 kg, missal berat sebenarnya 73 kg sebut saja 70 kg. maka 3 X 35.000 = 105.000. total keuntungan  adalah 245.000 + 105.000 = 350.000. itu….. itu dari satu kenthung tembakau.

Jadi berat sebenarnya tembakau jika dihitung dari cara seperti yang saya sebut adalah  jauh lebih berat dari total yang dibayar. Dari proses jual beli, paling tidak 5 kg lebih berat dari yang dibayar masih ditambah selisih timbangan, missal dapet selisih 2 kg maka ada 7 kg yang tidak dibayar oleh pembeli. Diamput.

Kita bandingkan banyaknya keuntungan penjual dan pembeli. Penjual atau petani hanya mendapatkan untung (diluar jumlah uang semestinya tanpa disermprot gula) satu kenthung itu 75.000. hanya 75.000 sangat jauh dari pembeli yang adalah 350.000. bisa dipahami.  Biaya angkut taruh kata 350.000 untuk sekali jalan dari rumah petani sampai ke pabrik. Satu kenthung biaya angkutnya 100.000 maka 250.000 keuntungan murni ditambah harga pabrik X berat tembakau missal 70 kg harga pabrik selisih 5 000 maka 70 X 5 000 = 350.000 ditambah keuntungan  murni 250.000 total 600.000 per kenthung. Wow…

Tapi kebanyakan petani sudah mengerti dan paham, maka rasa syukur mendapatkan hasil panen itu membuat petani bahagia. Alhamdulillah.

…..

Kita coba menghitung satu ton tembakau untung petani tembakau sekali masa panen. Dalam satu periode masa tanam. Perkiraan rata-rata harga per kilo 25.000,- ini harga perkiraan rata-rata.  Dalam satu masa tanam mendapat berat satu ton.  Maka total petani menerima uang 25.000.000. dikurangi biaya produksi ongkos nyirami  dan pupuk jika perlu. 500.000 dan 1.000.000. biaya sewa tempat dan rigen 1.000.000 total bersih uang milik petani 22.500.000 Alhamdulillah. Itu jika sawah milik sendiri jika sewa lahan 5 000.000 maka 17.500.000 inilah duit petani.  Mbok kiro….. Alhamdulillah ngitung cen gampang, nyatane yo angel.

 (Semarang 8 September 2021. Kyai Suwung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar