Rabu, 21 April 2021

SEMBUNYIKAN TAWAMU, TIDAK ADA TAKDIR LUCU

 



#6
Usai sahur secukupnya, minum secukupnya. Ngopi ngarep omah sambil melihat kubah mushola. Puasa hari kelima. Alhamdulillah.
Saya malas memilih judul, maka sak obahe jejari tangan diatas tuts keyboard laptop pinjaman. Hehe... hari kelima berpuasa. Dan baru kali ini usai subuh tertidur lelap. Bangun bangun langsung berhadapan dengan fasting efect. Apakah itu, efek puasa yakni tenggorokan kering, haussss.
Sedikit teringat waktu menjalani isolasi di kamar ini. Kamar tempat kami melaksanakan sholat, sembahyangan. Ya di kamar sembahyangan aku melaksanakan isolasi waktu itu. 28 November 2020 – 12 Desember 2021. Rasanya sungguh tak terlukiskan asusekali, taknekora.
Ini dia catatan harian yang aku ingat dan aku tulis waktu itu.

***
Taqdir Allah siapa yang tau, hari ini nasib kami ditertawakan. Barangkali, nanti, esok atau lusa Giliran kami yang tertawa. Jangan pernah terpingkal melihat kawan sedang terjengkal. Kalau memang tidak bisa menahan diri, jangan sampai tawamu ada yang mengetahui selin Allah. Piye carane, lha mbuh.....
Barangkali ini juga yang sedang berlaku atasku, ya.... beberapa bulan lalu dengan semangat, bahagia dan sedikit congah aku keliling kampung koar koar jaga kesehatan. Sering sering cuci tangan, makan bergizi dan sehat. Sering minum air hangat, berjemur dan kini aku harus menjalaninya.
Jadi keluar kamar dan membuka baju hanya mengenakan kolor olahraga pagi, di belakang rumah. Berjemur sebagai rutinitas pagi jam 10.
***
Kala itu aku sudah berdoa memohon kepada Allah semoga menjadi amal baik dan ikhtiar melindungi kampungku dari bahaya corona. Kini aku sendiri yang mengalaminya. Virus itu tengah mengindap dan menyapaku. Aku terima. Rasa sakit kala itu rupanya corona. Sesak dan dada sakit. Namun setelah semua menjadi dahak, sembuh juga.....
Alhamdulillah.
Namun kewajiban menjalani isolasi diri selama 14 hari melekat dan harus kujalani. Ya... aku sedang melakukan apa yang aku nasehatkan kepada warga masyarakat di kampungku hahahaha masya Allah.
Aku bersyukur dan ikhlas. Berusaha sedemikian rupa sehingga semua menjadi bagian baik yang harus kujalani. Tidak perlu biaya mahal agar aku bisa sembuh. Bisa berbahagia bersama keluarga juga.
Nah kutulis ini pagi hari ke 7. Menjadi catatan sehabis aku menjalani 15 menit karing dibawah matahari pagi. Olah nafas agar paru paru sehat lagi. Lompat lompat agar keringat keluar dan sehat. Semua menjadi ikhtiar.
Memperkuat potensi keikhlasan agar semua tetap pada rule dan jalur Tuhan. Ada nilai kebaikan didalamnya. Matahari yang hangat, udara yang segar, bersih dan juga alam desa yang membawa kabar baik tentang kesederhanaan.
Jika nasib yang sedang kujalani menjadi bahan tertawaan, minimal materi guyon. Jangan. Karena aku sedang manut kersane Gusti. Ingan sembunyikan tawamu jika ada takdir lucu. Dan kau tak mampu menahan tawa atasnya.
Ampuni aku Tuhan,
(isolasi hari ketujuh atau 5/12/2020)
***
Alhamdulillah, selama ini saya menahan diri dan taat pada protokol kesehatan. Nyaris tiap minggu menjalani swab baik antigen maupun PCR. Semua demi rasa nyaman saat menyapa banyak teman. Bahkan aku menghindari pertemuan.
Contoh saat malam menghadiri walimahan, siangnya dijadeal resepsi dan rencana akan sekeluarga bertamu sebagai undangan. Nyatanya, pagi itu kami harus menjalani swb PCR. Yo wes.... ada malu yang terkira, namun apalah daya semua demi kebaikan bersama.
Ngopi Sebelum Imsak. Sambil lihat kubah mushola.wow.... nikmaaat. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar