Pertama-tama saya harus mohion maaf jika tulisan saya ini
diluar mainstream. Tentang kebenaran apa saja, mohon maaf, dan anggap saja ini
sekedar cerita pendek atau tidak mengandung apapun, atau terserah-serah anda
mau menafsirkannya seperti apa. Sepanjang itu silaturahim dan anda bisa
mengambil sisi positifnya, mari kita sama-sama ikhlas menerima ini sebagai,
dialektika dalam kita sama-sama menapak eskalasi kehidupan menuju Allah.
Pertama bahwa silaturahim itu tidak semata dengan kebaikan
atau dengan cara yang baik, itu menurut saya, jadi Adakalanya silaturrahim itu
berupa keburukan. mohon maaf, tidak
semata hal baik saja, cara kita bersilaturahim.
Oke dalam mainstream
kita, silaturahim itu, Irama canda, tawa dan bahagia. Bukan itu saja, ternyata
ada, silaturahim yang dilakukan dengan cara yang tidak baik, kurang baik. Misalnya kebencian, fitnah, bahkan mungkin
tindakan-tindakan buruk. sifatnya relatifitas.
Karenanya, Anda bisa saja bersilaturahim dengan saya, bahkan
siapapun yang bisa menerima, dengan
mengetahui saya, dengan ujaran kebencian, dengan kata-kata kotor,dengan
mengumpat saya, atau dengan cara yang
lebih ekstream yaitu memukul saya. sepanjang saya bisa menerima, semuanya dengan
baik, maka itu saya anggap sebagai silaturahim. Bahkan ketika suatu ketika anda
mengingat saya, itu adalah silaturahim
mesra. Bahwa Anda sedang menyambung dan mengakui bahwa
saya itu ada. Ujaran kebencian itulah cara anda silaturahim dengan saya.
Sepanjang anda tidak
menyebarkan, atau menyebarluaskan kebencian itu, kepada orang lain dan
sepanjang Anda menjaganya, secara
pribadi, kebencian Anda kepada saya,
tidak memberitakannya kepada khalayak,
itu bentuk silaturahim. Bukti nyata bahwa Anda masih mengakui bahwa saya
itu ada di dunia ini, dan kita
sama-sama menjadi bagian dari proses
eskalasi dialektika kehidupan anda.
Yang keliru adalah Anda memfitnah saya, Anda membenci saya. tapi anda memberitakannya
kepada orang lain. Membicarakannya dengan orang lain, sehingga orang lain
terpengaruh, membenci saya, itu yang kemudian keliru. Anda boleh membenci saya, Anda boleh tidak
suka kepada saya, secara pribadi. jangan diungkapkan dan diucapkan kepada orang
lain, itu Keliru dan itu salah.
Ingat bahwa yang dicatat malaikat dari perbuatan kita, bukan
hanya yang baik-baik saja. yang jelek
juga dicatat, sekecil apapun, bahkan sebiji Zarah, kata Allah itu dicatat oleh
malaikat Rokid dan Atid. Rokid yang mencatat amal kebaikan kita di sisi kanan
dan Atid itu yang mencatat perbuatan perbuatan buruk.
Malaikat Rokid dan Atid itu menjalankan tugasnya sebagai
sebuah system yang mampu mengidentifikasi niat baik dan buruk dari setiap sisi
hati manusia sebelum dilahirkan menjadi pemikiran ataupun perbuatan nyata.
Jadi masih niat buruk saja malaikat sudah tau. Pasti.
Apalagi Allah. Ya tooo? Dan kita semua sebagai Muslim wajib kita Imani bersama,
inilah titik tolak awal pemikiran saya
bahwa silaturahim itu, mengapa saya menyebutnya tidak hanya yang baik-baik saja
tapi yang buruk itu juga bagian dari silaturahim, Iya berawal dari sini ini.
Bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berdasarkan yang saya iman,
itu telah memerintahkan dua malaikat yakni Rokib dan Atid itu ada di sisi kanan
dan Sisi kiri kita untuk mencatat merekam mengidentifikasi setiap perbuatan
yang kita lakukan itu masuk kategori buruk atau jelek atau baik, Kalau baik
dicatat oleh malaikat Raqid, kalau jelek contoh malaikat Atid yang akan
mencatatnya dan identifikasinya jelas-jelas. tidak boleh dan tidak mungkin
keliru malaikat, dan tidak boleh malaikat itu tak mencatat yang sesuai.
Opo ndung terus sing dicatet itu sing apik-apik tok, jadi
malaikat itu ada untuk mencatat semua yang baik-baik saja. Tidak begitu, baik
dan buruk semua dicatat. Allah itu maha
tahu, Allah itu menghitung dan Allah itu
maha menimbang.
Kalau boleh saya berfikir agak ekstream, menghadapi meluasnya beragam kabar dari
banyak media masa, kita sebenarnya sedang silaturahim. Kita sebenarnya sedang bersilaturahim.
Lho jangan Anda pikir bahwa ketika Setya Novanto, saat ini
sedang dirundung masalah, dia terjerat kasus korupsi mega proyek e-ktp. Mohon maaf Kita di Indonesia, pembaca TV, penonton koran, pengguna media social, bahkan semua orang yang mendengar , melihat
berita tentang Setyo Novanto, seakan sedang berlomba-lomba ingin menghakimi
Setya Novanto.
Bahwa Setya Novanto telah melakukan tindakan korupsi, yang
merugikan negara sekian miliar, sekian ratus juta, jangan Anda pikir bahwa
ketika kita sedang merasakan satu titik kebencian kepada sayid Setya Novanto,
kemudian Anda mendapatkan pahala, TIDAK.
Dosa yang kita dapatkan, karena kita telah membenci seseorang, telah
menuduh seseorang, menghakimi seseorang tanpa dasar pasti karena kita dengan
dari media masa, wartawan dan bahkan bisa saja itu sudah ditentukan A dan B nya
sampai Z.
karena yang hakikinya
berhak untuk membenci untuk menghakimi kesalahan itu hanya Allah subhanahu wa
ta'ala dan Hakim Media TV koran itu sangat banyak dosanya sangat banyak
perannya menyebarluaskan kebencian
Ada konsep tabayun yang diajarkan oleh agama, bahwa kita
harus mengkroscek benar dan salahnya. Jika bener itu dosa Setya Novanto, Jika
benar dia melakukan korupsi … jika salah???
Kita kadang menuduh, kita kadang menghakimi, Ternyata kita
yang keliru di luar bahwa yang akan menstempel, bahwa dia tersangka, dia
terduga , dia terdakwa kasus korupsi itu adalah pengadilan yang era 2017 ini
bisa dibayar sedemikian rupa, untuk melakukan atau untuk menjadikan yang salah
Jadi benar. diluar itu semua,… kita
harus tetap berprasangka dengan praduga tak bersalah. Sebelum dia jadi terdakwa
maka asas praduga tak bersalah harus kita ke depankan.
Betapa media social, media massa itu telah memberikan peran
besar, terhadap tersebarnya kebencian di
dunia dan itu sangat berpengaruh, terhadap banyaknya dosa yang akan kita
lakukan. Niat membenci saja sudah jelas sangat dicatat oleh malaikat Rokid Atid
itu yang akan menulis dan mengidentifikasi Oh … ini ada kemungkinan kemungkinan
besar, menjadi dosa besar.
Maka, agama mengajarkan kita untuk selalu beristighfar mohon
ampun. bahkan ada standar minimal yang
diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa minimal mohon
ampun itu sekian kali 3 kali 33 kali 11 kali 100 kali setiap harinya itu ada
standarnya yang diberikan tuntunannya oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam mohon ampun untuk dia dosa-dosa kecil yang kita lakukan itu agar segera
diampuni oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan amal kebaikan itulah yang akan
dicatat Jelas di Yaummul Mizan hari pertimbangan catatan baik saja yang sampai
di sana yang catatan yang buruk itu sudah hapus.
Dihapus oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan kita diampuni
dosanya oleh Allah subhanahu wa ta'ala itu inti dari perjalanan kehidupan kita
menuju Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Maka marilah kita memperbanyak silaturahim dengan cara yang
baik bukan dengan cara yang buruk apalagi dengan cara yang keliru semoga ini.