Kamis, 22 Maret 2018

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN



KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
(Catatan Nyontek dan Copast dari Pojok Sebelah)
By: Kyai Suwung.

Adalah sedulur dari HMI Komisariat Dakwah Walisongo, tengah malam nyaris dini hari, WA saya, bisa njagong bareng kapan?. Kamis atau jumat, saya jawab jumat. Dikotakkan pembicaraannya dalam tema Komunikasi Pembangunan. Saya bikin semampu saya. Silahkan baca…… saya copast dari Pojok sebelah.

INGAT DATANG DAN NYOBLOS DI TPS PADA 27 JUNI 2018. PILGUB JATENG BECIK TUR NYENENGKE.


Pengertian Komunikasi Pembangunan, Definisi, Makalah, Artikel, Teori, Latar Belakang - Komunikasi Pembangunan - Dalam ilmu komunikasi telah berkembang suatu spesialisasi mengenai penerapan teori dan konsep komunikasi secara khusus untuk keperluan program pembangunan yang dikenal dengan sebutan Komunikasi Pembangunan.
Komunikasi pembangunan mencakup studi, analisa, promosi, dan evaluasi teknologi komunikasi untuk seluruh sektor pembangunan.

Dalam pengertian yang sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas, dengan tujuan agar masyarakat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan. Sedangkan dalam arti yang luas, komunikasi pembangunann meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan (Nasution, 1996:92).


Secara pragmatis, Quebral (dalam Nasution, 1996:128) merumuskan bahwa “Komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara”. Dikemukakannya pula bahwa komunikasi pembangunan merupakan salah satu terobosan (break-through) di lingkungan ilmu-ilmu sosial, dan merupakan inovasi yang harus diusahakan agar diketahui orang dan diterima sebelum ia digunakan.
Selanjutnya Gomez (dalam Nasution, 1996:128) merumuskan komunikasi pembangunan sebagai berikut:
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi, dan itu berarti komunikasi yang akan menghapuskan kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan.
Bahasan lain tentang konsep teoritis komunikasi pembangunan juga telah dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya melalui beberapa studi mereka, diantaranya adalah:
1.    Studi Daniel Lerner
Lerner dipandang sebagai orang pertama yang melakukan studi mengupas tentang hubungan komunikasi dengan pembangunan. Studinya tersebut diterbitkan dengan judul The Passing of Traditional Society pada tahun 1957. Lerner melakukan studi di enam negara kawasan Timur Tengah, yaitu Turki, Libanon, Mesir, Syria, Yordania, dan Iran. Inti dari studi Lerner adalah menganalisis hubungan antara tingkat urbanisasi dengan tingkat melek huruf, dengan penggunaan media massa dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan politik. Menurutnya modernisasi suatu bangsa dimulai dari terjadinya urbanisasi, kemudian urbanisasi akan meningkatkan melek huruf, lalu meningakatkan penggunaan media, yang selanjutnya meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Sebagai patokan bila suatu negara mencapai tingkat urbanisasi 10% maka tingkat melek huruf akan sama-sama meningkat bahkan hingga mencapai 25 % dan demikian korelasi tertinggi dari konsumsi media adalah dengan tingkat melek huruf.
Dikemukakannya pula bahwa sistem komunikasi merupakan indikasi sekaligus agen dari proses perubahan sosial. Perubahan sistem komunikasi masyarakat selalu berjalan satu arah, yaitu dari sistem komunikasi oral (mulut ke mulut) ke media (yang menggunakan media). Sistem komunikasi oral cocok digunakan masyarakat tradisional sedangkan sistem komunikasi media  cocok digunakan masyarakat modern.

2.    Studi Mc. Clelland
Studi Mc Clelland berjudul The Achieving Society, yakni tentang dorongan psikologis yang memotivasi suatu masyarakat untuk mencapai kemajuan. Dari hasil studi tersebut Mc Clelland memperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
Untuk memajukan suatu masyarakat harus dimulai dengan mengubah sikap mental (attitude) para anggotanya.
Masyarakat yang membangun dan telah maju didorong oleh kebutuhan untuk pencapaian sesuatu atau need for achievement  (n/Ach) melalui berbagai saluran komunikasi yang ada di tengah masyarakat.
Pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh percaya diri, berorientasi ke depan, berkopentensi, menyukai risiko, dan lain-lain.
3.    Studi  Wilbur Schramm
Studi Schramm terfokus pada kedudukan media massa sebagai komunikasi yang terkait peranannya dengan pembangunan. Dalam laporannya yang berjudul Mass Media and National Development: The Role of Information in Developing Countries pada tahun 1964, yang pada pokoknya mengemukakan bahwa media massa dapat membantu dalam hal:
Menyebarluaskan informasi tentang pembangunan, yakni perlunya keterangan mengenai pembangunan ke seluruh penjuru masyarat, karena pada pokoknya untuk mengubah kehidupan seluruh lapisan masyarakat.
Mengajarkan melek huruf serta keterampilan lainnya, yakni melakukan cara-cara atau kegiatan yang lebih modern dibanding cara-cara dahulu serta mampu melakukannya sendiri.
Masyarakat berkesempatan turut ambil bagian dalam pembuatan keputusan di negaranya, yakni masyarakat perlu dimotivai untuk mengubah nasibnya dan mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dari pendapat ini menunjukkan bahwa bagi masyarakat yang ingin maju memerlukan wawasan yang luas sebagai titik tolak untuk mendorong dan mengembangkan hasrat mengubah kehidupan ke arah kemajuan. Perhatian masyarakat perlu difokuskan pada upaya pembangunan sehingga diharapkan kreasi, aspirasi dan keikutsertaan masyarakat dapat didayagunakan secara lebih bermanfaat.
4.    Studi Inkeles dan Smith
Studi kedua ahli ini berjudul Becoming Modern: Individual Change in Six Developing Countries pada tahun 1962 hingga tahun 1964, yang memusatkan perhatiannya pada tingkat individual. Temuan studi mereka tersebut mengemukan bahwa ciri-ciri manusia modern diantaranya adalah:
Terbuka kepada pengalaman baru, artinya selalu berkeinginan untuk mencari atau menemukan sesuatu yang baru.
Semakin tidak tergantung (independen) kepada berbagai bentuk kekuasaan tradisional seperti suku, raja, dan sebagainya.
Percaya terhadap ilmu pengetahuan dan kemampuannya menaklukkan alam.
Berorientasi mobilitas dan ambisi hidup yang lebih tinggi serta memiliki hasrat untuk meniti tangga karir dan prestasi.
Memiliki rencana jangka panjang dan selalu merencanakan sesuatu jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dicapai.
Berperan aktif dalam percaturan politik, yang ditandai dengan bergabungnya dalam berbagai organisasi, baik yang bersifat kekeluargaan maupun yang lebih luas serta berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat setempat di mana ia berada.
Kesimpulan dari studi Inkeles dan Smith terkait pula dengan pertumbuhan ekonomi, yakni bahwa institusi permodernan seperti media massa dan sekolah telah menciptakan manusia modern yang dapat mengisi peran karir di berbagai institusi modern yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi. Meskipun pendidikan merupakan variabel yang paling dekat korelasinya dengan kemodernan di tingkat individual, makna yang sama juga berlaku pada media massa.
5.    Studi Rogers dan Shoemaker
Rogers dan Shoemaker  mengemukakan Teori Difusi Inovasi. Teori ini mengkaji pesan-pesan berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan yang baru, yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial.
Difusi inovasi sebagai suatu gejala kemasyarakatan berlangsung seiring dengan perubahan sosial yang terjadi, dan perubahan sosial pun memotivasi orang untuk menemukan dan menyebarluaskan hal-hal yang baru.
Kehadiran inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat ataupun antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Melalui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, penilaian, yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.
Masyarakat yang menerima suatu inovasi tidak terjadi secara serempak. Ada yang memang sudah menanti kedatangannya, karena menyadari adanya kebutuhan dan ada yang baru menerima setelah meyakini benar keuntungan-keuntungan inovasi bahkan ada pula yang tetap bertahan atau menolak inovasi yang bersangkutan.
Menurut Roger dan Shoemaker (dalam Nasution, 1996:112), masyarakat yang menerima inovasi dikelompokkan ke dalam beberapa golongan, sebagai berikut:
Inovator, yaitu mereka yang memang sudah pada dasarnya menyenangi hal-hal yang baru, dan rajin melakukan percobaan-percobaan.
Penerima dini (early adopters), yaitu orang-orang yang berpengaruh, tempat teman-teman sekelilingnya memperoleh informasi, dan merupakan orang-orang yang lebih maju dibanding orang sekitarnya.
Mayoritas dini (early majority), yaitu orang-orang menerima suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan orang lainnya.
Mayoritas belakangan (late majority), yakni orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang sekelilingnya sudah menerima.
Leggards, yaitu lapisan yang paling akhir menerima suatu inovasi.
Dikemukannya pula bahwa dalam menerima suatu inovasi, biasanya seseorang akan melalui sejumlah tahapan, sebagai berikut:
Tahap Pengetahuan. Tahap ketika seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi.
Tahap Bujukan.Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.
Tahap Putusan. Tahap ketika seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.
Tahap Implementasi. Tahap ketika seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi.
Tahap Pemastian. Tahap ketika seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut.
Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yakni komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide tadi). Setiap inovasi memiliki komponen ide, namun banyak juga yang tidak mempunyai rujukan fisik. Penerimaan terhadap suatu inovasi yang memiliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi berupa tindakan (action), sedangkan untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide, pada hakikatnya penerimaannya lebih merupakan suatu putusan simbolik.
b.    Peranan Komunikasi dalam Pembangunan
Anggapan masyarakat selama ini adalah bahwa komunikasi tidaklah terlalu penting dalam proses pembangunan. Hal ini disebabkan karena teori-teori pembangunan yang dikemukakan para pemikir ekonomi secara umum hanya dikembangkan dalam tradisi teori pertumbuhan ekonomi, yaitu berisi gambaran mengenai proses perubahan ekonomi yang telah berlangsung di negara-negara maju. Titik tolak teori-teori tersebut selalu bermula dari pemberdayaan faktor-faktor utama produksi, yakni tanah, modal, dan tenaga kerja. Dengan kata lain amat jarang pembahasan yang secara eksplisit mencantumkan tentang komunikasi. Pada beberapa kasus pembahasan komunikasi dalam rangka pembangunan hanya ditempatkan sebagai “hiasan bibir” namun pernyataan-pernyataan tersebut lantas beralih ke teori pertumbuhan ekonomi melulu, seakan-akan itulah penjelasan yang lengkap dan memadai bahkan ironisnya komunikasi tampak justru ditempatkan sebagai sambungan dari uraian tentang “transportasi”.
Padahal, menurut Frey (dalam Nasution, 1996:81) “kalau diamati dengan teliti, sebenarnya banyak fase dari pertumbuhan ekonomi menurut teori-teori pembangunan tersebut yang merupakan tempat komunikasi memainkan peranan penting”.
Frey memberikan contoh mengenai sistem harga (pricing system) yang dapat dilihat sebagai suatu sistem komunikasi yang terspesialisasikan, yang menyediakan informasi esensial bagi perhitungan yang rasional untuk perencanaan maupun acuan bagi para pembuat keputusan ekonomi di semua tingkatan.
Frey mengusulkan agar dalam pembahasan tentang pembangunan perlu dihubungkan dengan analisa yang lebih mendalam pada efek komunikasi yang memiliki relevansi dengan pembangunan. Dikemukan frey (dalam Nasution, 1996:83) “bahwa sementara ongkos modernisasi boleh jadi demikian besarnya, namun sampai tingkat tertentu dapat diatasi melalui sistem komunikasi”.
Berkatian dengan tingkat analisanya, Hedebro (dalam Nasution, 1996:79) mengidentifikasi tiga aspek komunikasi dan pembangunan, yakni:
1.    Pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa, dan bagaimana media massa dapat menyumbang dalam upaya tersebut.
Di sini, politik dan fungsi-fungsi media massa dalam pengertian yang umum merupakan objek studi, sekaligus masalah-masalah yang menyangkut struktur organisasional dan pemilikan, serta kontrol terhadap media. Untuk studi-studi jenis ini, sekarang digunakan istilah kebijakan komunikasi, dan merupakan pendekatan yang paling luas dan bersifat general (umum).
2.    Pendekatan yang juga dimaksudkan untuk memahami peranan media massa dalam pembangunan nasional, namun jauh lebih spesifik. 
Media dilihat sebagai pendidik atau guru, idenya adalah bagaimana media massa dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan kepada masyarakat bermacam keterampilan, dan dalam kondisi tertentu mempengaruhi sikap mental dan perilaku mereka. Persoalan utama dalam studi jenis ini adalah, bagaimana media massa dapat digunakan secara paling efisien untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu bangsa.

3.    Pendekatan yang berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa.
Konsentrasinya adalah pada memperkenalkan ide-ide baru, produk dan cara-cara baru, dan penyebarannya di suatu desa atau wilayah. Studi jenis ini mendalami bagaimna aktivitas komunikasi dapat dipakai untuk mempromosikan penerimaan yang luas akan ide-ide dan produk baru.
Lebih lanjut Hedebro mengemukakan 12 (dua belas ) peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam pembangunan, sebagai berikut:
Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi.
Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari baca-tulis ke pertanian, hingga kepada keberhasilan lingkungan, hingga reparasi mobil.
Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.
Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-oleh dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis dan  ekonomis untuk menciptakan kepribadian yang mobile.
Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata.
Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan di tengah kehidupan.
Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di tengah kehidupan bermasyarakat.
Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional, dengan membawakan pengetahuan kepada massa. Mereka yang memperoleh infomasi akan menjadi orang yang berarti dan para pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang-orang lain yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki komunikasi.
Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai sesuatu yang mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.
Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi untuk menyadari pentingnya arti mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas politik.
Komunikasi dapat memudahkan perencanaan dan implementasi program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri (self-perpectuating).
Dalam kaitannya dengan pembangunan nasional suatu bangsa, Schramm (dalam Nasution, 1996:85) merumuskan tugas pokok komunikasi sebagai berikut:
Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan nasional, agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional.
Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang akan membuat keputusan mengenai perubahan, memberikan kesempatan kepada para pimpinan masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas.
Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, sejak orang dewasa, hingga anak-anak, sejak pelajaran baca tulis, hingga keterampilan teknis yang mengubah hidup masyarakat.
Pengertian Komunikasi Pembangunan
Analisa yang paling orisinal dan provokatif  adalah komentar Mc Clelland yang mengaitkan komunikasi dengan pembangunan ekonomi, yakni perihal pentingnya opini publik bagi pembangunan. Menurut Mc Clelland (dalam Nasution, 1996:84) bahwa:
Dalam pembangunan ekonomi kekuatan yang merangkum masyarakat adalah bergerak dari tradisi yang melembaga, ke opini publik, yang dapat mengakomodir perubahan, dan hubungan interpersonal yang spesifik serta fungsional.
Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa cara-cara yang kaku dan telah tertentu dalam berhubungan dengan orang lain, diganti dengan pola-pola yang lebih luwes yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus. Masyarakat kemudian menjadi lebih terbuka dan efektif, karena individu-individu sebagai anggota masyarakat dapat berkomunikasi dengan orang lain untuk keperluan yang spesifik. Keadaan seperti ini membuat orang berpartisipasi dengan yakin karena hubungan atau komuniasi tersebut dikendalikan oleh opini-opini dan harapan “orang lain”
Komunikasi Pembangunan Menurut Ahli dan Penerapannya
Di perkembangan ilmu yang serba pesat ini kadang kita mengenal istilah yang asing di telinga kita. Mungkin salah satunya adalah “Komunikasi Pembangunan”. Singkat kata, komunikasi pembangunan adalah suatu ilmu yang dipelajari secara spesifik mengenai penerapan konsep komunikasi dan teori yang diperuntukkan untuk keperluan program pembangunan.
Oleh karena itu, analisa, promosi dan evaluasi teknologi yang diperuntukkan untuk sektor pembangunan menjadi hal – hal yang dipelajari dalam komunikasi pembangunan. Sederhananya, komunikasi pembangunan merupakan komunikasi yang berasal dari lembaga pembangunan kepada masyarakat. Hal itu juga termasuk cara, penyampaian gagasan, maupun keterampilan yang dikuasai oleh pihak yang memprakarsai pembangunan. (Baca juga: Konstruksi Realitas Sosial)
Sedangkan menurut Nasution, 1996:92 dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan.
Pengertian Sederhana Komunikasi Pembangunan
Mungkin cukup susah untuk dipahami, dalam bahasa mudahnya komunikasi pembangunan ini digunakan agar masyarakat dapat mengerti serta menerima rencana pembangunan yang akan dilakukan pihak yang ingin melaksanakan pembangunan. Pembangunan yang dimaksud tidak selalu mengenai pembangunan infrastruktur, namun juga pembangunan sumber daya manusia atau biasa disingkat dengan SDM. Dalam rumusan dari Gomez (dalam Nasution, 1996:128) “komunikasi pembangunan me rupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana.
Komunikasi pembangunan diadakan secara manusiawi untuk memberantas kemiskinan, pengangguran, dan menjunjung hak asasi manusia dalam pembangunan.
Namun sepertinya para ahli mempunyai pendapat yang berbeda – beda tentang komunikasi pembangunan ini. Beberapa dari ahli yang mempunyai pandangannya sendiri – sendiri adalah : Daniel Lerner (The Passing of Traditional Society pada tahun 1957) , Mc Clelland (The Achieving Society), Wilbur Schramm (Mass Media and National Development: The Role of Information in Developing Countries pada tahun 1964), Inkeles dan Smith (Becoming Modern: Individual Change in Six Developing Countries pada tahun 1962 hingga tahun 1964), Rogers dan Shoemaker. (Baca juga: Komunikasi Internasional)

Komunikasi Pembangunan Menurut Ahli
Pada studi yang dilakukan oleh Daniel Lerner, Beliau menemukan bahwa beda kelas, maka beda cara. Maksud dari itu adalah, cara untuk mempengaruhi orang kelas menengah ke bawah dengan orang kelas menengah ke atas berbeda. Jika orang kelas menengah ke bawah, lebih cocok untuk melakukan pendekatan secara oral. Pendekatan dengan bicara langsung dengan mereka, atau bisa juga dengan mulut ke mulut. (baca: Teori Dramaturgi)
Namun jika berhadapan dengan masyarakat menengah ke atas atau masyarakat yang sudah modern, lebih efektif untuk melakukan pendekatan melalui media. Tentu saja penelitian tersebut tidak bisa di andalkan, karena penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1957. Kondisi era itu sangat berbeda dengan kondisi abad 21 awal ini. Dalam kata lain, data dan solusinya besar kemungkinan sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Salah satunya adalah peran media sekarang yang dapat mempengaruhi semua kalangan tak terkecuali kalangan orang kelas menengah ke bawah. (Baca juga: Pengertian Media Menurut Para Ahli)
Sedangkan studi yang dilakukan Mc Clelland lebih menitikberatkan motivasi atau dorongan psikologis yang mampu mengajak masyarakat untuk mencapai kemajuan. Misalnya, di suatu daerah terpencil masyarakatnya tengah hidup damai dan santai. Sehari – hari mereka hidup dengan mencari buah di hutan dan berburu. Di saat hewan buruan sudah mulai berkurang dan populasi penduduk wilayah tersebut semakin banyak maka akan timbul masalah. Masalah tersebut adalah kurangnya bahan makanan, maka ada 2 opsi yang dapat ditawarkan.
Yang pertama, sebagian penduduk berpindah tempat sehingga tidak mengganggu jatah makanan wilayah tersebut. Atau yang kedua adalah dorongan psikologis yang dapat mengubah cara mereka hidup.
Suatu pola pikir yang yang dapat membuat mereka berpikir bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang lebih dapat diandalkan daripada berburu yang kadang seharian tanpa menuai satu buruan pun yaitu dengan membuat peternakan. Saat peternakan itu dibuat, maka komunikasi pembangunan telah tercapai. (Baca juga: Media Komunikasi Modern)
Studi selanjutnya adalah milik Wilbur Schramm pada tahun 1964. Pada studi ini Beliau mengajak masyarakat untuk melek huruf (bisa membaca). Tentu saja hal ini sekarang menjadi kurang relevan, mengingat mayoritas dari manusia sudah dapat membaca. Namun, salah satu poin yang Beliau sampaikan adalah tentang penyebaran informasi tentang pembangunan sehingga dapat dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, Beliau juga berpendapat bahwa nasib dari seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Apakah orang tersebut mau membangun dirinya menjadi orang yang lebih baik atau tidak. Menurut Beliau, untuk bisa maju, masyarakat harus berwawasan luas sebagai titik tolak untuk mendorong mereka mengembangkan hasrat untuk menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Seperti contohnya tukang ojek. Dulunya, mungkin orang yang berprofesi sebagai tukang ojek hanya mencari nafkah untuk kehidupan sehari – hari.
Penerapan Komunikasi Pembangunan dalam Kehidupan Sehari – hari
Tawar menawar menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dari profesi tukang ojek saat itu. Penghasilan yang lumayan serta mangsa pasar yang lumayan banyak, membuat pangkalan ojek menjamur di Jakarta. Namun, ada sekelompok orang yang berwawasan lebih luas daripada tukang ojek yang mencari uang dengan menukarkan tenaganya tersebut. Sekelompok orang ini memahami teknologi, pandai memasarkan barang, cermat dalam managemen dan dapat melihat peluang di masak depan.
Akhirnya sekelompok orang ini sekarang sukses dengan produk ojek online mereka. Hal ini membuktikan bahwa salah satu dari hasil studi yang dilakukan oleh Wilbur Schramm masih relevan, tepatnya pada bagian bahwa untuk maju, masyarakat butuh wawasan yang luas.
Kadang memang sudah untuk mengajak orang lain melakukan perubahan. Selalu ada alasan untuk menolak perubahan, apalagi jika masyarakat masih berada di zona nyaman mereka. Namun, perubahan akan terus berjalan tanpa menghiraukan siapapun. Siapa yang tidak mau berubah untuk menjadi lebih baik akan digerus oleh sekelompok orang yang terus belajar dan bergerak maju. Dalam kondisi ini, komunikasi pembangunan sangat diperlukan untuk mendorong seluruh lapisan masyarakat terlibat dalam gerakan perubahan ini.
Terlebih lagi jika Anda bertanggung jawab akan kemajuan suatu wilayah atau mungkin untuk Anda yang dengan sukarela memikirkan nasib kalangan menengah ke bawah dan ingin mengajak mereka untuk berubah menjadi lebih baik. Dengan mempelajari komunikasi pembangunan ini, setidaknya Anda mempunyai gambaran – gambaran tentang bagaimana mengajak masyarakat untuk maju bersama. Selain itu, dengan mempelajari komunikasi pembangunan, kita akan lebih bisa menyiratkan pesan – pesan perubahan secara halus, tidak melalui paksaan.
STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
1. Komunikasi Pembangunan
Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan erat, dimana Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan Negara.
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan yang dipilih oleh suatu negara. Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan[1].
Everett M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Dia juga menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan social pada suatu bangsa. Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.
Pembangunan merupakan proses yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Maka pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen yakni komunikator pembangunan (bisa aparat pemerintah atau masyarakat), pesan pembangunan yang berisi ide atau program pembangunan dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas sasaran pembangunan[2].
Dengan demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia harus bersifat pragmatik yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yang akan datang. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi harus berada di garis depan untuk merubah sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan.
2. Strategi Komunikasi
Rogers mengatakan, komunikasi tetap dianggap sebagai perpanjangan tangan para perencana pemerintah dan fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan[3]. Dari pendapat Rogers ini jelas bahwa setiap pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Karenanya pemerintah dalam melancarkan komunikasi perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai dengan harapan.
Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan.
Effendy (1993) mengatakan strategi baik, secara makro (planned multimedia strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :
Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya[4].
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Dengan demikian strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang dirumuskan, yaitu who says what in which channel to whom with what effect. Rumus tersebut jika dikaji lebih jauh, pertanyaan “efek apa yang diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama, yaitu : 1. When (Kapan dilaksanakannya). 2. How (Bagaimana melaksanakannya). 3. Why (Mengapa dilaksanakan demikian)[5]. Atau dalam ilmu jurnalistik sering dikatakan dengan 5 W 1 H (What, Who, Whay, When, Where dan How).
Para ahli komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA (Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (kemauan/hasrat), Decision (keputusan), Action (tindakan)). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.
3. Strategi Komunikasi Efektif
Strategi komunikasi yang efektif dalam komunikasi pembangunan tidak hanya sekedar membuat pesan-pesan yang bisa memberikan dampak bagi target atau audien. Tapi juga mampu merefleksikan misi, tujuan dan sasaran organisasi yang terintegrasi dalam operasi sehari-hari. Maka, stretegi itu butuh artikulasi yang jelas tentang audien, kejelasan pesan dan pilihan media.
Adapun strategi yang efektif dalam penyampaian komunikasi pembangunan antara lain :
a. Planning
Strategi komunikasi yang efektif selalu diawali oleh perencanaan yang solid dan matang (planning) yaitu kunci bagi keberhasilan proyek tujuan. Perencanaan yang bagus bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi komunikasi. Strategi akan membimbing kita kearah mana komunikasi digerakkan, mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada publik.
Ada tiga jenis planning yang harus dipertimbangkan dalam strategi komunikasi di era digital saat ini yaitu :
Organizational Planning, yaitu terkait dengan siapa-siapa saja yang bertanggung jawab melakukan tindakan-tindakan apa saja untuk misi komunikasi.
Communications Planning yaitu terkait penentuan cara-cara yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan. Apakah lewat media tertentu atau umum, serta bagaimana isi pesannya.
Technology Planning yaitu terkait alat bantu teknologis untuk menyampaikan pesan. Apakah kita mengirim press release via e-mail, atau menyampakaian undangan untuk konferensi pers dan dengan menggunakan teknologi lainnya.
b. Sasaran dan Tujuan
Pesan harus diciptakan sejelas-jelasnya demi sasaran yang dituju, lalu pesan disampaikan dengan metode yang tertentu supaya bisa sampai ke publik yang kita bidik. Untuk mencapai target ini, tentu dibutuhkan teknologi pembantu agar penyusunan planning jadi lebih mudah.
Karenanya sasaran dan tujuan harus ditetapkan saat melakukan planning yaitu audien siapa yang ingin dijangkau, bagaimana keadaan audien sasaran yang hendak dijangkau, mengidentifikasi audien dan kemudian memahami keadaan audien. Ini adalah salah satu kunci keberhasilan rencana komunikasi yang baik dan efektif. Karena komunikasi yang efektif bukan berarti harus menjangkau semua target audien. Tapi lebih efektif jika kita bisa membidik orang-orang tertentu yang sangat berpengaruh dalam pembuatan keputusan publik.
c. Pembentukan Pesan
Pembentukan pesan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi perhatian public juga menjadi salah satu strategi efektif dalam komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kita harus bisa menyusun pesan yang cocok untuk berbagai kalangan audien sasaran dan berbagai bentuk media yang digunakan.
Karena cara kita mengkomunikasikan pesan pada pers tentu berbeda dengan cara mengkomunikasikan pesan langsung pada audien. Menulis di web juga jelas sangat berbeda dengan menulis pesan untuk radio atau koran.
Karenanya setelah kita berhasil mengidentifikasi audien baru membentuk pesan-pesan yang akan disampaikan pada audien. Pesan-pesan ini harus terkait kuat dengan misi organisasi dan tujuan komunikasi kita.
Dalam membentuk pesan, kita perlu mempertimbangkan hal-hal berikut : seberapa besar audiens kita, pesan model apa yang lebih gampang direspon oleh audien, melalui audien bisa dicapai (Internet, radio, TV, cetak), informasi apa yang audien butuhkan dari organisasi kita, bahasa apa yang akan lebih gampang ditangkap audien, dan saat merancang pesan kita juga harus perhatikan bahwa setiap media komunikasi (televisi, cetak, email, Web) akan membutuhkan pendekatan berbeda.
d. Media Choices
Memilih jenis media yang paling cocok untuk menyampaikan pesan dan menjangkau audien merupakan langkah yang harus diambil. Karena jika tepat, audien akan sangat cepat memahami pesan yang diberikan. Jenis media yang dipilih akan berpengaruh pada kemampuan audien menjangkau isi pesan.
Jenis media tertentu mungkin bisa menyampaikan pesan tertentu dan bisa dijangkau kelompok audien tertentu pula. Juga patut kita perhatikan dalam mengemas pesan format harus disesuaikan bisa dikemas dalam bentuk berita, hiburan, atau bahkan iklan.
e. Evaluasi
Strategi komuniksi yang efektif selalu mempertimbangkan evaluasi, namun yang satu ini sering kali terabaikan. Bisa jadi pengabaian ini berdasarkan fakta bahwa sebagian besar evaluasi berlangsung di bagian akhir dari suatu proses. Kalau hasilnya bagus, orang cenderung tidak melakukan evaluasi, tapi kalau hasil akhirnya kurang bagus baru orang berfikir tentang evaluasi.
Padahal evaluasi itu penting agar kita bisa mendapatkan feed back sesegera mungkin. Hasil akhirnya bagus atau tidak, kita tetap butuh feed back, kalau hasil akhirnya bagus feed back bisa digunakan untuk perumusan strategi komunikasi mendatang. Kalau hasil akhirnya tidak bagus maka feed back bisa dijadikan rujukan agar tidak mengulanginya.
Untuk mengevaluasi strategi komunikasi, bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan informasi kualiatif. Untuk kuantitatif, pertanyaan yang harus kita jawab adalah seberapa banyak target audien yang sudah dijangkau via media. Untuk kualitatif, pertanyaan yang harus kita jawab adalah apakah pesan punya dampak yang diharapkan terhadap target audien atau tidak. Ini bisa berlaku saat kita menggunakan semua jenis media dan semua kondisi audien. Namun yang agak sulit adalah mengukur perobahan perilaku pada target audien.
4. Konsep Komunikasi Pembangunan
Dalam strategi komunikasi mengenai isi pesan tentu sangat menentukan efektivitas komunikasi. Wilbur Schramm mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut [6]:
Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.
Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat dimengerti.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Secara pragmatis Quebral (1973), merumuskan komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat.
Mengkaitkan peranan komunikasi pembangunan dan konsep mengenai pembangunan, Tehranian (1979) mengemukakan tiga tinjauan teoritis, yaitu pertama teori yang hanya melihat pembangunan semata-mata sebagai proses pluralisasi masyarakat, politik dan ekonomi dari suatu bangsa yang melaksanakan pembangunan tersebut. Pandangan ini dianut oleh para ekonom dan politisi liberal. Pada pokoknya mereka berpendapat bahwa hal yang penting dalam pembangunan adalah peningkatan kelompok tenaga kerja yang berdasarkan struktur dan fungsi yang jelas, penganekaragaman kelompok berdasarkan kepentingan dan keseimbangan dinamis antar kelompok dan kepentingan.
Teori yang kedua penekanannya pada peningkatan rasionalisasi sebagai unsur kunci proses pembangunan. Penganut aliran ini adalah Hegel, yang menekankan peranan rasio dalam perkembangan sejarah. Sedangkan Weber mementingkan rasionalisasi kebudayaan dan birokrasi dari suatu proses sosial yang akhirnya dikenal belakangan ini adalah mendewakan negara sebagai sumber segala kemenangan dan keabsahan.
Teori ketiga adalah pemikiran yang lahir dari kesadaran diri masyarakat dunia ketiga, dengan konsep yang berpusat pada prinsip melakukan pembebasan. Teori ini sangat dipengaruhi oleh aliran Neo Marxis.
4. Teknologi Komunikasi
Di abad modern ini, terutama pasca perang dunia kedua, bermunculan berbagai penemuan baru sebagai akibat kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan terjadi susul menyusul. Teknologi memberikan manusia bermacam-macam kemudahan dalam melakukan pekerjaan, dan lebih dari itu menjadikan kehidupan lebih menyenangkan dan lebih nyaman. Berkat penemuan baru di bidang teknologi, manusia dapat menggali dan melakukan eksplorasi sumber-sumber kekayaan alam, termasuk sumber-sumber energi yang penting bagi peningkatan kesejahteraan umat manusia. Kemajuan pesat di bidang teknologi elektronika yang semakin berkembang membuktikan manusia telah mampu mengembangkan kemampuan setinggi-tingginya.
Perkembangan teknologi mendorong semakin berkembangnya teknologi komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi diawali dengan penemuan transistor, kemudian berkembang mikcrohip, sistem komunikasi satelit, dan lain-lain telah membuat jarak bukan lagi suatu halangan untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Laju perkembangan teknologi komunikasi telah memperlancar arus informasi dari dan keseluruh penjuru dunia. Kemajuan teknologi telah memungkinkan manusia sekarang ini menyaksikan pada waktu yang sama peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Kemajuan teknologi juga meningkatkan mobilitas sosial, mempermudah orang untuk saling berhubungan. Hubungan manusia dari satu bangsa dengan bangsa lainnya semakin intensif dan dunia seolah-olah menjadi semakin sempit.
Teknologi dapat melakukan penghematan waktu dan jumlah tenaga kerja manusia. Proses teknologi melalui makna pesan tertulis atau gambar dipindahkan secara elektronis melalui radio telegraph (telefrint) untuk satu reproduksi yang jauh letaknya. Dengan teknik ini surat kabar yang terbit di Amerika misalnya, dalam jangka waktu bersamaan dapat terbit di Indonesia. Teknik reproduksi ini memungkinkan penyebaran surat kabar lebih luas dan lebih cepat. Demikian pula di bidang radio, televisi, film, dan pembuatan mesin hitung elektronis berkembang pesat.
Sejalan dengan itu restrukturisasi akan terjadi di dalam berbagai kehidupan masyarakat, kemajuan teknologi ini juga telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Melalui radio, televisi, film, dan surat kabar dapat dikatakan seluruh pelosok tanah air telah terjangkau oleh jaringan komunikasi yang menghubungkan pusat dan daerah. Pesan-pesan pembangunan dari pusat ke daerah dan sebaliknya dapat dengan mudah disiarkan oleh media tersebut diatas.
Kemajuan teknologi komunikasi jelas akan membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Secara positif akan memberikan kemungkinan terjadinya komunikasi secara lebih baik dan luas jangkauannya. Kemajuan ini telah dirasakan manfaatnya bagi negara-negara yang sedang membangun. Namun secara negatif menimbulkan masalah baru yaitu memberikan kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan sistem nilai, karena adanya perbenturan sistem nilai dalam masyarakat penerima teknologi yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.
Selain itu tidak mustahil derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat menimbulkan perubahan berbagai sikap pada anggota masyarakat yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Bagi bangsa Indonesia masalah yang dihadapi berkaitan dengan faktor budaya adalah [7]:
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beraneka suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan, agama, dan sejarah yang berbeda.
Masyarakat yang majemuk ini sedang mengalami pergeseran sistem nilai sebagai akibat pembangunan yang pada hakekatnya merupakan proses pembaharuan di segala sektor kehidupan.
Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa oleh media massa memperlancar kontak-kontak antar kebudayaan.
Pertambahan penduduk yang menuntut pertambahan sarana hidup baik dalam kuantitas, kualitas, maupun variasi.
Dalam hubungan dengan masalah di atas, bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Pembangunan sistem nilai yang cocok dengan tuntutan kemajuan, harus tetap dilandasi nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila sehingga proses medernisasi di Indonesia benar-benar sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Partisipasi dan Komunikasi
Timbul persoalan, bagaimana merekayasa pergeseran-pergeseran nilai dalam rangka mengaktualisasikan diri sesuai dengan tuntutan zaman sehingga bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri universal dari bangsa yang modern, tetap mempertahankan identitas kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Masalah penerapan teknologi bagi kepentingan pembangunan di Indonesia memerlukan penelaahan yang cermat dan mendalam menuju pemilihan alterantif terbaik yang dapat menghasilkan karya-karya teknologi yang tepat guna dan tepat lingkungan, berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Proses pembangunan saat ini harus berakar dari bawah (grassroots), memelihara keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi manusia dan masyarakat. Dengan kata lain pembangunan harus menganut paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Dengan demikian, perlu adanya partisipasi secara aktif, penuh inisiatif dan inovatif dari masyarakat itu sendiri. Sehingga partisipasi masyarakat dalam konteks ini mengandung makna untuk meneggakan demokrasi local yang selama ini “terpendam” yang sebenarnya telah dimiliki oleh masyarakat. Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat harus mengandung makna yang dinamis untuk mengembangkan diri dalam mencapai kemajuan.
Dalam berkomunikasi untuk membangkitkan partisipatif masyarakat, Harmoko mengemukakan bahwa pesan yang disampaikan kepada khalayak haruslah [8]:
Membaca berita hangat yang isinya cocok dengan kepentingan masyarakat.
Menggugah hati masyarakat sehingga gagasan dan perasaan yang disampaikan oleh si pembawa pesan sudah seperti milik si penerima pesan itu sendiri.
Menimbulkan dorongan bertindak bagi sasaran khalayak secara spontan dan penuh kesan.
Saluran media massa pada umumnya lebih banyak digunakan untuk komunikasi informatif. Dengan saluran ini komunikator pembangunan pembangunan berusaha untuk memperkenalkan dan memberikan pengetahuan mengenai pesan-pesan pembangunan. Selanjutnya untuk perubahan perilaku, aktifitas komunikasi harus dilipatgandakan dengan menggunakan berbagai macam saluran.
Rogers dan Shoemaker mengatakan bahwa saluran interpersonal masih memegang peranan penting dibanding dengan media massa, terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju dimana kurang tersedianya media massa yang dapat menjangkau khalayak terutama warga pedesaan, tingginya tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan yang disampaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Lazarsfeld[9] mengatakan bahwa media massa hanya merupakan, 1) peliput ganda pesan dan penyebar ide secara mendatar dan 2) penguat artinya hanya didengar apabila sependapat dengan pendapat komunikan. Jadi saluran interpersonal dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan.
Indonesia sampai saat ini masih termasuk salah satu negara yang sedang berkembang, dimana sebagian besar penduduknya berada di pedesaan dan sekitar 50 % hidup dari hasil pertanian. Oleh sebab itu strategi komunikasi pembangunan masih dipusatkan pada daerah pedesaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Depari dan Mc Andrews (1991)[10] bahwa sampai saat ini strategi komunikasi pembangunan masih terbatas pada siaran pedesaan, baik melalui media massa maupun pemanfaatan para petugas penyuluhan pembangunan. Oleh sebab itu perlu dipikirkan lebih lanjut, bagaimana usaha-usaha komunikasi yang ada dapat dikembangkan, terlebih-lebih menghadapi tantangan era globalisasi.
Dalam hal ini di Indonesia melalui televisi dan radio sebagai saluran media massa juga sudah pernah melaksanakan program acara siaran pedesaan. Demikian pula Koran Masuk Desa (KMD) sebagai media cetak telah disalurkan kepada masyarakat pedesaan. Sedangkan melalui saluran komunikasi interpersonal pemerintah telah menerjunkan jupen-jupen pembangunan dan penyuluh pertanian lapangan (PPL). Pertunjukan rakyat yang mengemas pesan-pesan pembangunan pun banyak ditampilkan dan kegiatan ini punya daya tarik dan kekuatan tersendiri.
Susanto (1988) mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi melalui pertunjukan rakyat/tradisional di maksud untuk : 1) Memudahkan penerimaan pesan-pesan oleh masyarakat karena disajikan dalam bentuk yang santai dan mudah dipahami bentuk dan lambangnya. 2) Memancing komunikasi ke atas, yaitu pesan-pesan dari rakyat langsung kepada pemerintah dalam bentuk yang dapat diterima oleh pemerintah. Di samping itu wadah lain yang umumnya terdapat dipedesaan yaitu kelomponcapir ; wadah yang dapat menjembatani pesan-pesan pembangunan dari media massa kepada masyarakat. Wadah ini biasanya dipimpin oleh pemuka-pemuka masyarakat (opinion leaders), yang biasanya memiliki ciri-ciri, lebih tinggi pendidikan formalnya, lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya, lebih inovatif dalam menerima atau mengadopsi ide-ide baru, lebih tinggi kemampuan medianya, kemampuan empati mereka lebih besar, partisipasi sosial mereka lebih besar, lebih kosmopolit (modern).
Untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, pesan harus disampaikan sedemikian rupa disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Penyajian pesan lewat sinetron yang dapat dinikmati keluarga dikala santai akan dapat menggugah kesadaran khalayak. Di samping penyajian pesan melalui media tercetak, seperti leaflet, folder, brosur, dan sebagainya, yang dibuat dengan cara yang menarik sehingga sayang untuk dibuang begitu saja.
Kesimpulan
Strategi komunikasi pembangunan merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilakukan secara matang, terukur dan terarah demi mencapai percepatan pembangunan manusia itu sendiri dalam berbagai aspek.
Strategi komunikasi pembangunan yang efektif dilakukan dengan beberapa langkah antara lain : adanya planning yang matang, menentukan sasaran dan tujuan penyampaian pesan, pembentukan pesan yang sesuai tujuan, pemilihan jenis media yang egektif dan sesuai sasaran serta melakukan evaluasi akhir dari hasil strategi yang dilakukan.
Baik pembangunan kemandirian yang mencakup pendidikan, kebudayaan, ekonomi, social maupun pembangunan yang mengarah pada kesejahteraan hidup selaku mahkluk yang berinteraksi seperti pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang mengarah pada kemajuan. Adapun strategi komunikasi pembangunan yang dilakukan meliputi, menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Menjembatani “cultural gap”, memiliki konsep komunikasi pembangunan, didukung dengan teknologi komunikasi, serta adanya partisipasi aktif dari sasaran pembangunan itu sendiri (manusia).

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung secara tulisan melalui media (Onong, 2003;79).
1.        Konsep Awal Dan Pengertian Pembangunan.
Pada mulanya istilah ini dipopulerkan oleh (dan di kalangan) sarjana dan para pembuat kebijakan di Amerika Serikat, kemudian segera diperkenalkan ke Eropa dan negara-negara berkembang di seluruh dunia. Kemudian istilah pembangunan menjadi suatu isu utama di organisasi-organisasi internasional meskipun belum ada suatu rumusan yang dipahami secara universal (Nasution, 2007; 27).
Komunikasi Pembangunan adalah proses penyampaian materi dalam rangka meningkatkan sesuatu agar menjadi lebih baik. Secara luas pengertian Komunikasi Pembangunan adalah sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan.
Secara khusus Komunikasi pembangunan adalah segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian pesan atau gagasan dan keterampilan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat luas.
Penerapan Komunikasi Pembangunan di sektor kehidupan yang dikemukakan di atas tadi, jika dikaji lebih jauh, menunjukkan kesamaan sejumlah karakteristik yang antara lain (Nasution, 2007;174):
a.    Menerapkan prinsip, sistem, dan teknologi komunikasi, sebagai salah satu komponen yang tergolong utama dalam pencapaian tujuan kegiatannya.
b.    Memberikan peranan yang terbilang penting bagi komunikasi di dalam rangkaian struktur kegiatan pembangunan yang bersangkutan.
c.    Menggunakan dan mengembangkan metodelogi serta pendekatan yang sistematik dalam pemanfaatan komunikasi pada lingkup kegiatannya.
d.   Memperhatikan kesinambungan dan “saling belajar dari pengalaman di bidang yang lain” khususnya dalam hal pemanfaatan teknologi komunikasi.

2. Tujuan Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan mempunyai tujuan, antara lain memberikan informasi, persuasif (menggugah perasaan), mengubah perilaku, mengubah pendapat atau opini, mewujudkan partisipasi masyarakat, dan meningkatkan pendapatan. Tujuan-tujuan komunikasi pembangunan ini diharapkan dapat menyebabkan perubahan di masyarakat atau perubahan sosial (social change).
Komunikasi pembangunan di Indonesia memiliki tujuan inti, yaitu dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia itu sendiri yang harus bersifat pragmatik, yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan masa depan.

3. Metode Pendekatan Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan memiliki beberapa metode-metode pembangunan, antara lain:
A. Pendekatan Sasaran
1.      Pendekatan Massa
Metode yang digunakan adalah dengan cara memberikan pemahaman awal kepada masyarakat dengan media massa yang dilakukan oleh pengambil kebijakan. Pendekatan massa ini mempunyai keuntungan yaitu program dapat cepat tersebar luas.
2.      Pendekatan Kelompok
Metode ini dugunakan untuk menginformasikan program kepada kelompok-kelompok masyarakat, seperti pelatihan dan workshop. Keuntungan dari pendekatan ini adalah program dapat dipantau secara baik.
3.      Pendekatan Individu
Metode ini digunakan untuk menginformasikan program dengan mendatangi langsung rumah-rumah warga. Keuntungan dari pendekatan ini adalah warga merasa dihargai, komunikasi dari hati ke hati, petugas dapat menggali semua permasalahan warga.
B. Pendekatan Materi
1.      Metode ceramah dan diskusi.
2.      Penggunaan alat bantu gambar serta media demonstrasi.

4. Komunikasi Pembangunan di Indonesia
Komunikasi pembangunan yang dilancarkan di Indonesia pasti berbeda dan harus berbeda dengan apa yang ada di negara-negara lainnya karena subjek dan objek yang terlibat dalam komunikasi pembangunan itu memang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, disebabkan oleh kekhasan dalam tujuan negara, sistem pemerintahan, latar belakang kebudayaan, pandangan hidup bangsa, dan nilai-nilai yang merekat pada rakyat, yakni rakyat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika itu.
Ditinjau dari ilmu komunikasi yang juga mempelajari dan meneliti proses, yakni proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat dan perilakunya, maka pembangunan melibatkan dua komponen yang kedua-duanya merupakan manusia.
Yang pertama adalah komunikator pembangunan yang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyebarluaskan pesan. Yang kedua adalah komunikan pembangunan, baik penduduk kota maupun penduduk desa, yang harus diubah sikap, pendapat, dan perilakunya.
Menurut Koentjaraningrat, suatu bangsa yang hendak mengintensifkan usaha untuk pembangunan harus berupaya agar banyak dari warganya lebih menilai tinggi orientasi ke masa depan, dan dengan demikian bersifat hemat untuk bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan, lebih menilai tinggi hasrat eksplorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi, lebih menilai tinggi orientasi ke arah achievement karya, dan akhirnya menilai tinggi mentalitas berusaha atas kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri, berdisiplin murni, dan berani bertanggung jawab sendiri.
Dengan demikian, pembangunan nasional yang digalakkan di Indonesia ini, yakni dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, harus bersifat paradigmatik, yakni merupakan pola yang membangkitkan inovasi bagi masa yang dijalani dan dihadapi sebagaimana ditegaskan dalam GBHN. Bukannya bersifat dilematik dan problematik, terutama dalam pelaksanaannya, disebabkan oleh kekurang pahaman akan mentalitas bangsa sendiri.

2.2    Komunikasi Pembangunan dalam Bidang Pertanian
Petani adalah pelaksana utama pembangunan pertanian, maka keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia pertanian (Kasryno, 2000). Sedangkan menurut Krishnamurthi (2003) yang dikutip Trubus, 80 persen keberhasilan pertanian ditentukan petani. Namun pemerintah tetap perlu dilibatkan untuk membangun infrastruktur (jalan, jaringan irigasi dan sebagainya). Paradigma baru manajemen pembangunan pertanian adalah menempatkan pemerintah dalam hal ini aparatur pertanian sebagai fasilitator, akselerator dan regulator serta memberikan kesempatan lebih besar pada peran masyarakat untuk lebih mendorong usaha-usaha yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat.
Tujuan pembangunan adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat dan bukan berarti bahwa pembangunan dihentikan setelah masyarakat mencapai tingkat kesejahteraan tertentu.
Sebelum merumuskan dan menentukan strategi dalam pembangunan pertanian maka yang perlu dipahami adalah: (1) hakekat pembangunan pertanian; (2) visi dan misi pembangunan pertanian; (3) tujuan pembangunan pertanian; (4) Syarat-syarat pembangunan pertanian; (5) strategi dasar pembangunan pertanian; dan (6) pendekatan dasar pembangunan pertanian (Fatah, 2006).
Di lapangan pertanian, penerapan komunikasi pembangunan sudah sejak lama dilaksanakan. Bahkan dapat dikatakan bahwa penerapan yang mulu-mula sekali adalah justru di lapangan ini, sekalipun pada masa itu belum dikenal istilah “komunikasi pembangunan” (Nasution, 2007; 174).
Meskipun pembangunan pertanian masih menjadi prioritas dalam rangka menunjang perekonomian masyarakat, akan tetapi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian terus meningkat seiring dengan perkembangan dan kemajuan sistem pertanian itu sendiri.
Kaharuddin (1992), mengatakan bahwa pengelolaan pertanian tidak lagi menjadi sederhana, melainkan terkait dengan sektor-sektor lain sebagai suatu sistem yang tidak mungkin terlepas satu sama lain. Masalah pembangunan pertanian tidak hanya merupakan beban para petani, melainkan secara tidak langsung sudah menjadi masalah yang terkait dengan segala aspek kehidupan masyarakat. Lebih lanjut Kaharuddin mengatakan bahwa permasalahan dalam pembangunan pertanian, yaitu;
a.       Mengecilnya lahan pertanian dan fragmentasi tanah
b.      Sikap mental masyarakat masih merupakan penghambat dalam pembangunan
c.       Keterbatasan pengetahuan masyarakat
d.      Masalah sosial budaya belum sejalan dengan konsep perencanaan pembangunan
e.  Faktor ekonomi sebagai penghambat pembangunan. Fragmentasi lahan umumnya disebabkan oleh pewarisan.
Fenomena tersebut merupakan bukti nyata bahwa tekanan penduduk muncul ketika pertumbuhan penduduk yang bekerja di sektor pertanian menekan penggunaan sumber daya lahan pertanian sehingga akan menimbulkan kemiskinan dan pengangguran.
Permasalahan pembangunan pertanian lebih dominan disebabkan oleh lemahnya pembangunan sosial. Faktor sosial (modal sosial) dan kelembagaan sebagai basis kristalisasi nilai tidak ditangani secara baik. Kelembagaan pada tingkat mikro (kelompok tani) yang merupakan basis berkembangnya modal sosial dari bawah, sehingga perlu diperkuat karena berpotensi menjadi bahan bakar pembangunan sosial dan ekonomi di pedesaan. Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah maka lembaga pembangunan pertanian yang berinduk pada lembaga sektor nasional harus menyesuaikan rencana dan strategi pembangunan sektor ke dalam pola pikir dan tujuan pembangunan daerah.
Paradigma modernisaisi pertanian yang bertujuan merubah sektor pertanian tradisional menjadi sektor pertanian modern yang dikenal dengan “revolusi hijau” telah mampu meningkatkan produksi pertanian khususnya pertanian tanaman pangan (padi).
Menurut Soetrisno (2002), juga diikuti dengan munculnya berbagai masalah generasi kedua, seperti: (1) rentannya sistem pertanian pangan di Negara-negara sedang berkembang terhadap serangan hama penyakit; (2) ketergantungan petani pada input-input modern (pupuk kimiawi, pestisidan dan herbisida); (3) masalah sosial (perbedaan antara petani kaya dan petani miskin) yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam berbagai situasi tradisional yang semula berperan dalam mekanisme pemerataan; dan (4) berkembangnya ekonomi uang di daerah pedesaan.


2.3    Komunikasi Pembangunan dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Karena itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.

A. Esensi Pendidikan dalam Pembangunan
Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan komitmen Internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.
Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for All (EFA) meliputi enam komponen penting, yaitu:
1.      Pendidikan anak usia dini (PAUD)
2.      Pendidikan Dasar
3.      Pendidikan Keaksaraan
4.      Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill)
5.      Kesetaraan dan Keadilan Gender
6.      Peningkatan mutu pendidikan.

Status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara keduanya;
1.    Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia.
2.    Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya).
Dalam meningkatkan manusia sebagai makhluk individu yang berpotensi fisik dan nirfisik, dilaksanakan dengan pemberian pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Pembentukan nilai adalah nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai keagamaan sesuai dengan agama masing-masing dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Proses transformasi tersebut berlangsung dalam jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
John Vaizei dalam bukunya Education in the Modern World (1965) mengemukakan peranan pendidikan sebagai berikut: (1) melalui lembaga mengemukakan peranan pendidikan tinggi dan lembaga riset memberikan gagasan-gagasan dan teknik baru, (2) melalui sekolah dan latihan-latihan mempersiapkan tenaga kerja terampil berpengetahuan, dan (3) penanaman sikap.
Dalam menghadapi perubahan masyarakat yang terus menerus dan berjalan secara cepat manusia dituntut untuk selalu belajar dan adaptasi dengan perkembangan masyarakat sesuai dengan zamannya. Dengan perkataan lain manusia akan menjadi ”pelajar seumur hidup”. Untuk itu sekolah berperan untuk mepersiapkan peserta didiknya menjadi pelajar seumur hidup yang mampu belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Moedjiono dalam buku dasar-dasar Kependidikan (1986), mengemukakan bahwa aktivitas belajar dalam rangka menghadapi perubahan-perubahan yang cepat di dalam masyarakat menghendaki (1) kemampuan untuk mendapatkan informasi, (2) keterampilan kognitif yang tinggi, (3) kemampuan menggunakan strategi dalam memecahkan masalah, (4) kemampuan menentukan tujuan yang ingin dicapai, (5) mengevaluasi hasil belajar sendiri, (6) adanya motivasi untuk belajar, dan (7) adanya pemahaman diri sendiri.

B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Kita tidak bisa memungkirinya bahwa sumbangan pendidikan pada pembangunan sangatlah besar, meskipun hasilnya tidak bisa kita lihat dengan segera. Tapi ada jarak penantian yang cukup lama antara proses dimulainya usaha dengan hasil yang ingin dicapai.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja.
1.        Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2.        Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan.
3.        Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pndidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi.
4.        Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan l;ain-lain.

2.4  Komunikasi Pembangunan dalam Bidang Kesehatan
            Keterkaitan dan keterpaduan antara komunikasi dan kesehatan sudah lahir sejak tahun 1978. Pada tahun 1978 di Alma Ata, Rusia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprakarsai perubahan yang mendasar dalam program WHO yang berorientasi pada pemberantasan penyakit ke arah pencegahan. Strategi pemeliharaan kesehatan dasar ini dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan dasar kesehatan ibu dan anak, memperluas komunikasi di bidang kesehatan, dan meningkatkan pemanfaatan tenaga pelaksana kegiatan kesehatan di desa.
            Seiring dengan program WHO lahirlah sebuah istilah komunikasi kesehatan (health communication). Komunikasi kesehatan yang dimaksud tidak lain adalah suatu penerapan komunikasi pembangunan untuk keperluan kesehatan masyarakat (Nasution, 1988).
            Komunikasi kesehatan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis, untuk mempengaruhi secara positif prilaku kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi massa, dengan pengajaran, pemasaran sosial, analisis prilaku dan antropologis medis (USAID,1988). Tujuan utama dari komunikasi kesehatan tersebut adalah terciptanya perubahan prilaku kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat.
            Di Indonesia sendiri mengenai penerapan komunikasi pembangunan dalam bidang kesehatan bisa dilihat dari proyek pengembangan penyuluhan gizi (Nutrition Communication and Behavior Change Project). Dengan mengggunakan praktek komunikasi untuk memantapkan peranan ibu-ibu dalam pemberian makan anak, setelah 24 bulan hasil survei membuktikan terdapat 40% anak-anak diwilayah kegiatan praktek komunikasi yang dilakukan menampakkan status gizinya lebih baik dari pada anak-anak di wilayah pembanding.
            Komunikasi di bidang pembangunan kesehatan tidak bisa di anggap sebelah mata, beberapa negara melakukan studi tentang hal ini dan hasilnya menunjukkan bahwa dengan menghadirkan peranan komunikasi di bidang kesehatan akan ikut menentukkan tercapainya tujuan pembangunan kesehatan itu sendiri.            
            Penerapan komunikasi pembangunan di bidang kesehatan, termasuk yang intensif pengembangannya. Di lapangan ini sudah di kenal istilah “health communication” atau komunikasi kesehatan, yang pada dasarnya merupakan penerapan komunikasi pembangunan untuk keperluan pelayanan kesehatan masyarakat (Nasution, 2007; 206).

Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
1.      Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2.      Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
3.      Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
4.      Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.

2.5    Komunikasi Pembangunan dalam Bidang Keluarga Berencana (KB)

Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) lahir untuk mengendalikan jumlah penduduk demi mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan berkualitas.
Ketika Keluarga Berencana (KB) menjadi program nasional tahun 1970, tenaga Penyuluh KB (PKB) atau Petugas Lapangan KB (PLKB) menjadi motor penggerak untuk menyosialisasikan program-program kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga yang berkualitas.

Program-program penyuluhan tersebut berjalan efektif dan terasa nyata di masyarakat. Namun sejak era desentralisasi, sebagian kewenangan program KKBPK dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah. Berjalannya waktu ternyata program-program KB berjalan tidak efektif, akhirnya pemerintah pusat mengambil alih agar program KB mendapat perhatian.
Kembalinya urusan pengelolaan tenaga PKB atau PLKB ke tingkat pusat menjadi kabar baik untuk mewujudkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan sejahtera. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri 120/253/SJ memberikan memberikan harapan baru bangkitnya program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia.
Sektor ini agaknya dapat disebut sebagai aktivitas yang paling serius hubungannya dengan komunikasi. Memang dapat dilihat dan dirasakan bahwa setidak-tidaknya satu dekade belakangan ini, kegiatan komunikasi keluarga berencana (KB) merupakan aktivitas yang paling gencar dan intensif dilakukan di mana saja di negara sedang berkembang.
Secara garis besar, kegiatan komunikasi KB berkisar pada beberapa hal pokok, yaitu:
1. Menanamkan pengertian bahwa jumlah anak perlu dikendalikan / direncanakan.
2. Mengubah persepsi bahwa semakin banyak anak berarti banyak rezeki.
3. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan menggunakan alat kontrasepsi
4. Mengubah sikap dan perilaku yang berkenaan dengan usia perkawinan.
Ada beberapa penyebab intensifnya kegiatan komunikasi di lapangan KB, yaitu (Nasution, 2007; 178):
a.    Belajar dari keberhasilan yang dicapai pada bidang yang lain, seperti pertanian, pendidikan, dan sebagainya.
b.    Mendesaknya prioritas masalah kependudukan bagi sebagian besar negara sedang berkembang.
c.    Tersedianya dana dan sumber (resources) yang bukan saja cukup, bahkan berlimpah, dari bahan-bahan internasional seperi Bank Dunia, Population, Council, Rockefeller Foundation, dan lain sebagainya.
Adapun berbagai strategi komunikasi pembangunan yang dipakai adalah komunikasi dan pengembangan diri, memanfaatkan media rakyat dalam pembangunan,memaksimalkan peran komunikator sebagai agen pembangunan, memanfaatkan jasa tekhnologi komunikasi dalam pembinaan keluarga. Pihak-pihak yang terkait dalam pembinaan keluarga bisa lebih memberikan perhatian terhadap masyarakat yang mungkin kurang memahami tentang pembianaan keluarga sejahtera.



PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung secara tulisan melalui media (Onong, 2003;79).
Komunikasi Pembangunan adalah proses penyampaian materi dalam rangka meningkatkan sesuatu agar menjadi lebih baik. Secara luas pengertian Komunikasi Pembangunan adalah sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara semua pihak yang terlibat dala usaha pembangunan, terutama masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan.
80% keberhasilan pertanian ditentukan petani. Namun pemerintah tetap perlu dilibatkan untuk membangun infrastruktur (jalan, jaringan irigasi dan sebagainya). Paradigma baru manajemen pembangunan pertanian adalah menempatkan pemerintah dalam hal ini aparatur pertanian sebagai fasilitator, akselerator dan regulator serta memberikan kesempatan lebih besar pada peran masyarakat untuk lebih mendorong usaha-usaha yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat.
Karena itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
Penerapan komunikasi pembangunan di bidang kesehatan, termasuk yang intensif pengembangannya. Di lapangan ini sudah di kenal istilah “health communication” atau komunikasi kesehatan, yang pada dasarnya merupakan penerapan komunikasi pembangunan untuk keperluan pelayanan kesehatan masyarakat (Nasution, 2007; 206).

Secara garis besar, kegiatan komunikasi KB berkisar pada beberapa hal pokok, yaitu:
1. Menanamkan pengertian bahwa jumlah anak perlu dikendalikan / direncanakan.
2. Mengubah persepsi bahwa semakin banyak anak berarti banyak rezeki.
3. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan menggunakan alat kontrasepsi
4. Mengubah sikap dan perilaku yang berkenaan dengan usia perkawinan.










DAFTAR PUSTAKA
Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada University :1991.
Effendy, Onong Uchjana, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada University : 1987.
Hettne, Bjorn, Komunikasi dan Modernisasi, Bandung, Alumni : 1982.
Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara Berkembang, Jakarta, Sinar Harapan : 1985.
Malik, Dedy Djamaluddin, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Bina Cipta : 1991.
Nasution, Zulkarimen, Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan Penerapannya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada : 2002
Rogers, Everett M dan Shoemaker, F Floyd, Komunikasi Sambung Rasa, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan : 1981.
Susanto, Astrid, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru, Surabaya, Usaha Nasional : 1977.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar