Rabu, 19 Juli 2017

Silaturahim dengan Kebencian


Pertama-tama saya harus mohion maaf jika tulisan saya ini diluar mainstream. Tentang kebenaran apa saja, mohon maaf, dan anggap saja ini sekedar cerita pendek atau tidak mengandung apapun, atau terserah-serah anda mau menafsirkannya seperti apa. Sepanjang itu silaturahim dan anda bisa mengambil sisi positifnya, mari kita sama-sama ikhlas menerima ini sebagai, dialektika dalam kita sama-sama menapak eskalasi kehidupan menuju Allah.
Pertama bahwa silaturahim itu tidak semata dengan kebaikan atau dengan cara yang baik, itu menurut saya, jadi Adakalanya silaturrahim itu berupa keburukan.  mohon maaf, tidak semata hal baik saja, cara kita bersilaturahim.
 Oke dalam mainstream kita, silaturahim itu, Irama canda, tawa dan bahagia. Bukan itu saja, ternyata ada, silaturahim yang dilakukan dengan cara yang tidak baik, kurang baik.  Misalnya kebencian, fitnah, bahkan mungkin tindakan-tindakan buruk. sifatnya relatifitas.                    
Karenanya, Anda bisa saja bersilaturahim dengan saya, bahkan siapapun yang bisa menerima,  dengan mengetahui saya, dengan ujaran kebencian, dengan kata-kata kotor,dengan mengumpat saya,  atau dengan cara yang lebih ekstream yaitu  memukul saya.  sepanjang saya bisa menerima, semuanya dengan baik, maka itu saya anggap sebagai silaturahim. Bahkan ketika suatu ketika anda mengingat saya,  itu adalah silaturahim mesra.  Bahwa  Anda sedang menyambung dan mengakui bahwa saya itu ada. Ujaran kebencian itulah cara anda silaturahim dengan saya.
Sepanjang  anda tidak menyebarkan, atau menyebarluaskan kebencian itu, kepada orang lain dan sepanjang Anda menjaganya,  secara pribadi, kebencian Anda kepada saya,  tidak memberitakannya kepada khalayak,  itu bentuk silaturahim. Bukti nyata bahwa Anda masih mengakui bahwa saya itu ada di dunia ini,  dan kita sama-sama  menjadi bagian dari proses eskalasi dialektika kehidupan anda.                       
Yang keliru adalah Anda memfitnah saya,  Anda membenci saya. tapi anda memberitakannya kepada orang lain. Membicarakannya dengan orang lain, sehingga orang lain terpengaruh,  membenci saya,  itu yang kemudian keliru.  Anda boleh membenci saya, Anda boleh tidak suka kepada saya, secara pribadi. jangan diungkapkan dan diucapkan kepada orang lain, itu Keliru dan itu salah.
Ingat bahwa yang dicatat malaikat dari perbuatan kita, bukan hanya yang baik-baik saja.  yang jelek juga dicatat, sekecil apapun, bahkan sebiji Zarah, kata Allah itu dicatat oleh malaikat Rokid dan Atid. Rokid yang mencatat amal kebaikan kita di sisi kanan dan Atid itu yang mencatat perbuatan perbuatan buruk.
Malaikat Rokid dan Atid itu menjalankan tugasnya sebagai sebuah system yang mampu mengidentifikasi niat baik dan buruk dari setiap sisi hati manusia sebelum dilahirkan menjadi pemikiran ataupun perbuatan nyata.
Jadi masih niat buruk saja malaikat sudah tau. Pasti. Apalagi Allah. Ya tooo? Dan kita semua sebagai Muslim wajib kita Imani bersama,  inilah titik tolak awal pemikiran saya bahwa silaturahim itu, mengapa saya menyebutnya tidak hanya yang baik-baik saja tapi yang buruk itu juga bagian dari silaturahim, Iya berawal dari sini ini.                      
Bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berdasarkan yang saya iman, itu telah memerintahkan dua malaikat yakni Rokib dan Atid itu ada di sisi kanan dan Sisi kiri kita untuk mencatat merekam mengidentifikasi setiap perbuatan yang kita lakukan itu masuk kategori buruk atau jelek atau baik, Kalau baik dicatat oleh malaikat Raqid, kalau jelek contoh malaikat Atid yang akan mencatatnya dan identifikasinya jelas-jelas. tidak boleh dan tidak mungkin keliru malaikat, dan tidak boleh malaikat itu tak mencatat yang sesuai.
Opo ndung terus sing dicatet itu sing apik-apik tok, jadi malaikat itu ada untuk mencatat semua yang baik-baik saja. Tidak begitu, baik dan buruk semua dicatat.  Allah itu maha tahu,  Allah itu menghitung dan Allah itu maha menimbang.
Kalau boleh saya berfikir agak ekstream,  menghadapi meluasnya beragam kabar dari banyak media masa, kita sebenarnya sedang silaturahim. Kita sebenarnya sedang bersilaturahim.
Lho jangan Anda pikir bahwa ketika Setya Novanto, saat ini sedang dirundung masalah, dia terjerat kasus korupsi mega proyek e-ktp.  Mohon maaf Kita di Indonesia,  pembaca TV,  penonton koran,  pengguna media social,  bahkan semua orang yang mendengar , melihat berita tentang Setyo Novanto, seakan sedang berlomba-lomba ingin menghakimi Setya Novanto.
Bahwa Setya Novanto telah melakukan tindakan korupsi, yang merugikan negara sekian miliar, sekian ratus juta, jangan Anda pikir bahwa ketika kita sedang merasakan satu titik kebencian kepada sayid Setya Novanto, kemudian  Anda mendapatkan pahala,  TIDAK.
Dosa yang kita dapatkan,  karena kita telah membenci seseorang, telah menuduh seseorang, menghakimi seseorang tanpa dasar pasti karena kita dengan dari media masa, wartawan dan bahkan bisa saja itu sudah ditentukan A dan B nya sampai Z.
 karena yang hakikinya berhak untuk membenci untuk menghakimi kesalahan itu hanya Allah subhanahu wa ta'ala dan Hakim Media TV koran itu sangat banyak dosanya sangat banyak perannya menyebarluaskan kebencian                       
Ada konsep tabayun yang diajarkan oleh agama, bahwa kita harus mengkroscek benar dan salahnya. Jika bener itu dosa Setya Novanto, Jika benar dia melakukan korupsi … jika salah???
Kita kadang menuduh, kita kadang menghakimi, Ternyata kita yang keliru di luar bahwa yang akan menstempel, bahwa dia tersangka, dia terduga , dia terdakwa kasus korupsi itu adalah pengadilan yang era 2017 ini bisa dibayar sedemikian rupa, untuk melakukan atau untuk menjadikan yang salah Jadi benar. diluar itu semua,…  kita harus tetap berprasangka dengan praduga tak bersalah. Sebelum dia jadi terdakwa maka asas praduga tak bersalah harus kita ke depankan.                    
Betapa media social, media massa itu telah memberikan peran besar, terhadap  tersebarnya kebencian di dunia dan itu sangat berpengaruh, terhadap banyaknya dosa yang akan kita lakukan. Niat membenci saja sudah jelas sangat dicatat oleh malaikat Rokid Atid itu yang akan menulis dan mengidentifikasi Oh … ini ada kemungkinan kemungkinan besar, menjadi dosa besar.             
Maka, agama mengajarkan kita untuk selalu beristighfar mohon ampun.  bahkan ada standar minimal yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa minimal mohon ampun itu sekian kali 3 kali 33 kali 11 kali 100 kali setiap harinya itu ada standarnya yang diberikan tuntunannya oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mohon ampun untuk dia dosa-dosa kecil yang kita lakukan itu agar segera diampuni oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan amal kebaikan itulah yang akan dicatat Jelas di Yaummul Mizan hari pertimbangan catatan baik saja yang sampai di sana yang catatan yang buruk itu sudah hapus.
Dihapus oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan kita diampuni dosanya oleh Allah subhanahu wa ta'ala itu inti dari perjalanan kehidupan kita menuju Allah Subhanahu Wa Ta'ala                       
Maka marilah kita memperbanyak silaturahim dengan cara yang baik bukan dengan cara yang buruk apalagi dengan cara yang keliru semoga ini.